Ini adalah acara perkemahan yang baru tahun ini diadakan di Little Darbi. Mudah-mudahan acara ini bisa menjadi acara tahunan Little Darbi, seperti juga Good Luck Day ataupun Family Gathering. Acara ini bertujuan untuk melatih kemandirian dan tanggung jawab Ananda, dan khusus diperuntukkan bagi Ananda yang sudah TK B. Mau tahu serunya acara Kiddy Camp? Tunggu kisah serunya dan foto-fotonya ya.....pasti takkan terlupakan!
Ps. Pengin ikutan serunya Kiddy Camp? Makanya, buruan daftar jadi siswa Little Darbi dong....tempat terbatas nih!
The School with New Quality Total quality is a total philosophy; a total paradigm of continous improvement in all four dimensions. Our Principles of Total Quality 1. Personal and professional development. 2. Interpersonal relationships. 3. Managerial Effectiveness. 4. Organizational Productivity.
Friday, December 22, 2006
Kiddy Camp
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
3:57 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Ajarkan berpakaian “cepat”
Ajarkan berpakaian “cepat”
Letakkan pakaian menghadap kasur sehingga bagian berabel berada di belakang jika pakaian dikenakan.
Jika pakaian tak berlabel, beri tanda pada bagian belakang dengan yinya tahan cuci atau stiker
Duduk ketika memakai celana atau kaus kaki
Masukkan kepala terlebih dahulu saat memakai baju, baru bagian lengan
Kancingkan dari bawah ke atas
Letakkan pakaian menghadap kasur sehingga bagian berabel berada di belakang jika pakaian dikenakan.
Jika pakaian tak berlabel, beri tanda pada bagian belakang dengan yinya tahan cuci atau stiker
Duduk ketika memakai celana atau kaus kaki
Masukkan kepala terlebih dahulu saat memakai baju, baru bagian lengan
Kancingkan dari bawah ke atas
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
3:14 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Tips Memilih Pakaian
Tips Memilih Pakaian
Pilih celana yang menggunakan karet
Pilih yang jumlah kancing/penutupnya paling sedikit dan tak terletak di belakang
Pilih yang berkancing dan berlubang kancing besar
Pilih yang reseltingnya besar dan ujungnya tak terpisah (seperti ada jaket/mantel)
Pilih yang lubang leher dan lengannya besar
Pilih atasan yang bisa dipaki dngan cara menariknya dari atas ke kepala
Pilh bawahan (celana/rok) yang berpinggang karet elastis
Pilih yang bahannya tidak terlalu tebal.
Pilih celana yang menggunakan karet
Pilih yang jumlah kancing/penutupnya paling sedikit dan tak terletak di belakang
Pilih yang berkancing dan berlubang kancing besar
Pilih yang reseltingnya besar dan ujungnya tak terpisah (seperti ada jaket/mantel)
Pilih yang lubang leher dan lengannya besar
Pilih atasan yang bisa dipaki dngan cara menariknya dari atas ke kepala
Pilh bawahan (celana/rok) yang berpinggang karet elastis
Pilih yang bahannya tidak terlalu tebal.
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
3:03 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Friday, December 15, 2006
Profile Little Darbi
Mau tau profile lengkap Little Darbi dan beberapa fasilitasnya? Silahkan buka profilelittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
9:49 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Friday, November 24, 2006
Info pedaftaran murid baru
Assalamualaikum...
Mulai Desember 2006 ini TKIT Darul Abidin telah membuka pendaftaran murid baru untuk kelas Playgroup, TK A dan TK B. Segeralah mendaftar karena tempat yang disediakan terbatas. Untuk info harga dan lain-lain hubungi no. telp. kami di (021) 77203762. Buruan yuk...mencari sekolah terbaik untuk putra-putri kita.
Wassalamualaikum
Mulai Desember 2006 ini TKIT Darul Abidin telah membuka pendaftaran murid baru untuk kelas Playgroup, TK A dan TK B. Segeralah mendaftar karena tempat yang disediakan terbatas. Untuk info harga dan lain-lain hubungi no. telp. kami di (021) 77203762. Buruan yuk...mencari sekolah terbaik untuk putra-putri kita.
Wassalamualaikum
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
1:28 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Thursday, November 23, 2006
Sekolah Darbi One Way To Steap Ahead In ICT
Lawatan ke Masa Depan Pendidikan
--------------------------------
Pada 9-11 November 2006 yang lalu, saya bersama Sri
Rahayu Ningsih (Guru SMAN 67 Jakarta) dan Asep Zaenal
Rahmat (Guru SMAN 5 Bogor) serta Ismail Syah -
Academic Program Manager (APM) Microsoft Indonesia
berkesempatan memenuhi undangan Gerri Elliott
(Corporate Vice President, Public Sector, Microsoft
Corporation) untuk mengikuti Microsoft Worldwide
Innovative Teachers Forum di Philadelphia, USA.
Diantara agenda forum adalah kunjungan ke School Of
the Future di Kota Philadelphia. Forum ini merupakan
bagian dari program Microsoft Partners in Learning
(PiL) internasional yang dihadiri oleh 32 negara dari
101 negara peserta program PiL di seluruh dunia.
Bertepatan pada Hari Pahlawan 10 November 2006,
selepas buffet lunch di Regency A Foyer Loews Hotel
Philadelphia (USA), saya bersama sekitar 70-an guru
yang diundang Microsoft Corporation berangkat dengan 2
bus menuju lokasi School Of the Future (SOF) yang
berjarak tempuh sekitar 25 menit dari hotel.
SOF yang diproyeksikan menjadi model sekolah menengah
(K-9 & K-12) ini telah menerima sekitar 750 siswa dari
4000-an pendaftar pada bulan September 2006 yang lalu.
SOF sendiri adalah gedung sekolah baru yang megah dan
(tentunya) canggih ini berlokasi di sebelah Barat Kota
Philadelphia yang dikenal sebagai lokasi perumahan dan
pertamanan tua yang sangat bersejarah.
Kurikulum SOF adalah kurikulum komprehensif yang sama
dengan sekolah-sekolah setingkat di Negara bagian
Pennsylvania. Proyek yang didanai oleh School District
of Philadelphia Capital Improvement Project ini
menghabiskan biaya sekitar $ 50 juta (termasuk
bangunan, prasarana dan sarananya) serta mendapat
kontribusi primer berupa SDM dan dukungan pengembangan
kemitraan dari Microsoft (termasuk sistem dan
infrastruktur berbasis teknologi informasi dan
komunikasi yang ‘ditabur’ dan ‘ditanam’ di gedung
SOF). SOF merupakan proyek prestisius yang diharapkan
dapat mendorong pengembangan sekolah sejenis di
Amerika Serikat dan seluruh dunia, setidaknya dapat
menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam
mengembangankan sekolah yang inovatif.
Untuk mempertahankan lingkungan pendidikan dan tradisi
belajar masyarakat, SOF telah menetapkan
prinsip-prinsip strategis:
1. dimana pembelajaran tidak terikat pada ruang dan
waktu,
2. dimana materi pelajaran, kurikulum dan perangkat
belajar mengajar senantiasa mutakhir & relevan, dan
3. dimana pembelajaran diadaptasi sesuai keinginan
individual setiap siswa.
Dengan bervisi sebagai komunitas pemberdayaan manusia
dimana proses pembelajaran senantiasa
berkesinambungan, relevan dan adaptif. SOF menetapkan
misinya sebagai sekolah masa depan yang: (1)
menerapkan hasil penelitian dan pengembangan untuk
memperkaya pengalaman praktis di bidang pendidikan,
(2) menciptakan sebuah lingkungan belajar yang
melibatkan seluruh civitas sekolah, dan (3) mendorong
civitas sekolah untuk senantiasa menjaga semangat
belajar, (4) menanamkan tanggung jawab pribadi siswa
untuk belajar, dan (5) menginspirasi masyarakat untuk
tetap berkomitmen dan terlibat aktif di dalam kegiatan
pendidikan.
Ellen Savitz, Chief Development Officer SOF dengan
lugas menegaskan kepada kita semua bahwa SOF tidak
perlu digumuni (ditakjubi) karena megah dan canggihnya
gedung sekolah berlantai 3 tersebut. Karena hal itu
memang bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan, karena
tidak sulit bagi negara-negara federal lain di Amerika
Serikat atau negara lain untuk meniru atau membangun
yang lebih megah dan canggih. Ellen justru
mengedepankan 5 faktor kritis dan kiat sukses untuk
menjaga SOF tetap pada koridor visi dan misi
edukasinya, yaitu:
1.melibatkan dan menjalin komunitas belajar
2.mengawal kurikulum yang sesuai dengan harapan
masyarakat
3.menjaga fleksibilitas dan kesinambungan lingkungan
belajar
4.memadukan berbagai keunggulan kurikulum untuk
diteliti dan dikembangkan
5.kepemimpinan professional
Sekolah yang dipimpin oleh Chief of Learner (tidak
menggunakan istilah Principal atau Headmaster
sebagaimana umumnya) ini terdiri dari 4 lantai dengan
fasilitas:
1.Performance Center di lantai bawah tanah
(underground floor)
2.Main Entrance, Streetscape, Interactive Learning
Center, Gymnasium, Food Court, dan Science Lab di
lantai 1 (1st floor)
3.Art Studio, IT & Web Design Lab di lantai 2 (2nd
floor)
4.General Classrooms di lantai 3 (3rd floor)
Setiap ruang kelas dan lab pada umumnya didominasi
warna hitam dan putih bersih serta kaca transparan,
meja dan kursi belajar beroda sehingga posisi duduk
siswa dapat diubah-ubah secara flexible dan mobile
sesuai kenyamanan belajar, lampu penerangan yang
cukup, perangkat sistem audio-video, 1-2 unit LCD data
projector, 1-2 buah whiteboard, dan akses
intranet/internet nirkabel yang lebar serta cepat di
seluruh lantai dan area kampus SOF.
Setiap siswa dibekali 1 unit notebook mungil merek
Gateway yang tentunya bersistem operasi Microsoft
Windows XP (akan di-upgrade ke Vista), Microsoft
Office, Microsoft Student/Encarta dan aplikasi lain
yang mendukung proses belajar siswa di kelas dan di
rumah.
Siswa juga memiliki Smart Card yang berfungsi sebagai
kartu presensi kelas, voucher breakfast/lunch di food
court, kartu perpustakaan, kunci locker, kunci akses
ke ruang-ruang kelas yang diperkenan bagi siswa secara
sistem.
Guru tentunya juga membekali diri dengan notebook yang
sama dengan siswa, hanya bedanya di hak akses dan
manajemen datanya yang tersentral di server SOF. Pada
saat mengajar, guru menggunakan clip-on microphone
agar instruksinya jelas dan merata terdengar siswa di
kelas/lab.
Untuk mendukung kinerja 800-an notebook civitas SOF,
disediakan 1 Tim Helpdesk yang siap membantu siswa dan
guru jika mengalami masalah dengan notebook
masing-masing.
Sesuai konvensi tata bangunan di Pennsylvania, setiap
ruang/lab di SOF juga ditandai dengan papan nama
seukuran 10cm x 15cm yang bertuliskan nama ruang/lab
dengan huruf Alphabet dan huruf Braille. Ini
menandakan kepedulian masyarakat Amerika Serikat pada
hak-hak belajar bagi penyandang tuna netra sangat
tinggi. Demikian pula ketersediaan jalan dan elevator
akses bagi siswa penyandang cacat tubuh (berkursi
roda) di kampus SOF.
Saya sempat terkagum dengan kelas yang menurut kita
mungkin “tawar” untuk ukuran standard kelas kita di
Indonesia atau di mana pun, karena tidak “diformalkan”
dengan gambar lambang negara, presiden dan wakil
presiden, apalagi gambar-gambar poster dan tempelan
portofolio siswa yang menghiasi dinding kelas kita.
Filosofi SOF memang sederhana tetapi elegan, menurut
mereka jika di dalam notebook sudah tersedia sumber
sekaligus media belajar yang mutakhir, menarik dan
menyenangkan siswa serta dapat menyimpan semua hasil
(portofolio) siswa dalam format digital, mengapa
hardcopy-nya perlu ditempelkan dan ditampilkan sebagai
“pemanis” dinding kelas/lab?
Satu lagi yang menarik, mereka memiliki 1 unit Life
Skill Lab yang isinya semua peralatan rumah tangga
berupa peralatan dapur, kulkas, mesin cuci
piring/gelas, mesin cuci pakaian, meja setrika, model
kamar mandi, WC, dan perangkat rumah tangga lainnya.
Saya jadi teringat waktu SD dulu pernah menerima
pelajaran PKK, sehingga waktu mondok di indekost-an
atau di dormitory dulu tidak mengalami kesulitan
berarti, karena semua pekerjaan rumah tangga dapat
saya lakukan. Disinilah persepsi life skill kita
berbeda dengan SOF.
Memiliki notebook tidak berarti mengabaikan buku,
karenanya SOF menyediakan ratusan buku-buku
berkualitas di Interactive Learning Center untuk
dibaca di center atau dipinjam untuk dibaca di rumah.
Bahkan tradisi membaca ini boleh membuat kita iri,
karena selain notebook, mereka juga membawa beberapa
buku di dalam backpack (tas ransel) untuk dibaca saat
di perjalanan bus atau trem serta saat usai makan
siang di taman-taman kota. Artinya masih ada
‘homework’ bagi siswa SOF di rumah, karena rumah juga
sekolah (extra school) bagi mereka.
Inilah e-school yang diproyeksikan sebagai model
Sekolah Abad 21 di Amerika Serikat, dimana
‘e-learning’ telah mencapai dimensi ‘m-learning’
(mobile learning) yang sesungguhnya. Dan tidak
mustahil pula fleksibilitas tanpa batas-nya
‘u-learning’ (ubiquitous learning) beberapa bulan
mendatang akan menjadi platform belajar baru yang akan
menggantikan m-learning.
“Keep on dreaming, and forcing us to dream too.” –
demikian tantangan Bill Gates (Chief of Architects,
Microsoft Corporation) dalam membuka SOF Philadelphia.
SOF boleh jadi merupakan mimpi kita di Indonesia,
tetapi suatu keniscayaan untuk kita wujudkan bersama.
Bukankah bersama kita bisa?
Demikian laporan kunjungan kami di SOF Philadelphia,
bagi Bapak/Ibu berminat untuk memiliki DVD Microsoft
Education Roadmap (didalamnya ada info lengkap tentang
SOF), silakan japri ke e-mail saya, dengan senang hati
insyaallah akan segera saya kirimkan.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum wr wb
--------------------------------
Pada 9-11 November 2006 yang lalu, saya bersama Sri
Rahayu Ningsih (Guru SMAN 67 Jakarta) dan Asep Zaenal
Rahmat (Guru SMAN 5 Bogor) serta Ismail Syah -
Academic Program Manager (APM) Microsoft Indonesia
berkesempatan memenuhi undangan Gerri Elliott
(Corporate Vice President, Public Sector, Microsoft
Corporation) untuk mengikuti Microsoft Worldwide
Innovative Teachers Forum di Philadelphia, USA.
Diantara agenda forum adalah kunjungan ke School Of
the Future di Kota Philadelphia. Forum ini merupakan
bagian dari program Microsoft Partners in Learning
(PiL) internasional yang dihadiri oleh 32 negara dari
101 negara peserta program PiL di seluruh dunia.
Bertepatan pada Hari Pahlawan 10 November 2006,
selepas buffet lunch di Regency A Foyer Loews Hotel
Philadelphia (USA), saya bersama sekitar 70-an guru
yang diundang Microsoft Corporation berangkat dengan 2
bus menuju lokasi School Of the Future (SOF) yang
berjarak tempuh sekitar 25 menit dari hotel.
SOF yang diproyeksikan menjadi model sekolah menengah
(K-9 & K-12) ini telah menerima sekitar 750 siswa dari
4000-an pendaftar pada bulan September 2006 yang lalu.
SOF sendiri adalah gedung sekolah baru yang megah dan
(tentunya) canggih ini berlokasi di sebelah Barat Kota
Philadelphia yang dikenal sebagai lokasi perumahan dan
pertamanan tua yang sangat bersejarah.
Kurikulum SOF adalah kurikulum komprehensif yang sama
dengan sekolah-sekolah setingkat di Negara bagian
Pennsylvania. Proyek yang didanai oleh School District
of Philadelphia Capital Improvement Project ini
menghabiskan biaya sekitar $ 50 juta (termasuk
bangunan, prasarana dan sarananya) serta mendapat
kontribusi primer berupa SDM dan dukungan pengembangan
kemitraan dari Microsoft (termasuk sistem dan
infrastruktur berbasis teknologi informasi dan
komunikasi yang ‘ditabur’ dan ‘ditanam’ di gedung
SOF). SOF merupakan proyek prestisius yang diharapkan
dapat mendorong pengembangan sekolah sejenis di
Amerika Serikat dan seluruh dunia, setidaknya dapat
menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam
mengembangankan sekolah yang inovatif.
Untuk mempertahankan lingkungan pendidikan dan tradisi
belajar masyarakat, SOF telah menetapkan
prinsip-prinsip strategis:
1. dimana pembelajaran tidak terikat pada ruang dan
waktu,
2. dimana materi pelajaran, kurikulum dan perangkat
belajar mengajar senantiasa mutakhir & relevan, dan
3. dimana pembelajaran diadaptasi sesuai keinginan
individual setiap siswa.
Dengan bervisi sebagai komunitas pemberdayaan manusia
dimana proses pembelajaran senantiasa
berkesinambungan, relevan dan adaptif. SOF menetapkan
misinya sebagai sekolah masa depan yang: (1)
menerapkan hasil penelitian dan pengembangan untuk
memperkaya pengalaman praktis di bidang pendidikan,
(2) menciptakan sebuah lingkungan belajar yang
melibatkan seluruh civitas sekolah, dan (3) mendorong
civitas sekolah untuk senantiasa menjaga semangat
belajar, (4) menanamkan tanggung jawab pribadi siswa
untuk belajar, dan (5) menginspirasi masyarakat untuk
tetap berkomitmen dan terlibat aktif di dalam kegiatan
pendidikan.
Ellen Savitz, Chief Development Officer SOF dengan
lugas menegaskan kepada kita semua bahwa SOF tidak
perlu digumuni (ditakjubi) karena megah dan canggihnya
gedung sekolah berlantai 3 tersebut. Karena hal itu
memang bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan, karena
tidak sulit bagi negara-negara federal lain di Amerika
Serikat atau negara lain untuk meniru atau membangun
yang lebih megah dan canggih. Ellen justru
mengedepankan 5 faktor kritis dan kiat sukses untuk
menjaga SOF tetap pada koridor visi dan misi
edukasinya, yaitu:
1.melibatkan dan menjalin komunitas belajar
2.mengawal kurikulum yang sesuai dengan harapan
masyarakat
3.menjaga fleksibilitas dan kesinambungan lingkungan
belajar
4.memadukan berbagai keunggulan kurikulum untuk
diteliti dan dikembangkan
5.kepemimpinan professional
Sekolah yang dipimpin oleh Chief of Learner (tidak
menggunakan istilah Principal atau Headmaster
sebagaimana umumnya) ini terdiri dari 4 lantai dengan
fasilitas:
1.Performance Center di lantai bawah tanah
(underground floor)
2.Main Entrance, Streetscape, Interactive Learning
Center, Gymnasium, Food Court, dan Science Lab di
lantai 1 (1st floor)
3.Art Studio, IT & Web Design Lab di lantai 2 (2nd
floor)
4.General Classrooms di lantai 3 (3rd floor)
Setiap ruang kelas dan lab pada umumnya didominasi
warna hitam dan putih bersih serta kaca transparan,
meja dan kursi belajar beroda sehingga posisi duduk
siswa dapat diubah-ubah secara flexible dan mobile
sesuai kenyamanan belajar, lampu penerangan yang
cukup, perangkat sistem audio-video, 1-2 unit LCD data
projector, 1-2 buah whiteboard, dan akses
intranet/internet nirkabel yang lebar serta cepat di
seluruh lantai dan area kampus SOF.
Setiap siswa dibekali 1 unit notebook mungil merek
Gateway yang tentunya bersistem operasi Microsoft
Windows XP (akan di-upgrade ke Vista), Microsoft
Office, Microsoft Student/Encarta dan aplikasi lain
yang mendukung proses belajar siswa di kelas dan di
rumah.
Siswa juga memiliki Smart Card yang berfungsi sebagai
kartu presensi kelas, voucher breakfast/lunch di food
court, kartu perpustakaan, kunci locker, kunci akses
ke ruang-ruang kelas yang diperkenan bagi siswa secara
sistem.
Guru tentunya juga membekali diri dengan notebook yang
sama dengan siswa, hanya bedanya di hak akses dan
manajemen datanya yang tersentral di server SOF. Pada
saat mengajar, guru menggunakan clip-on microphone
agar instruksinya jelas dan merata terdengar siswa di
kelas/lab.
Untuk mendukung kinerja 800-an notebook civitas SOF,
disediakan 1 Tim Helpdesk yang siap membantu siswa dan
guru jika mengalami masalah dengan notebook
masing-masing.
Sesuai konvensi tata bangunan di Pennsylvania, setiap
ruang/lab di SOF juga ditandai dengan papan nama
seukuran 10cm x 15cm yang bertuliskan nama ruang/lab
dengan huruf Alphabet dan huruf Braille. Ini
menandakan kepedulian masyarakat Amerika Serikat pada
hak-hak belajar bagi penyandang tuna netra sangat
tinggi. Demikian pula ketersediaan jalan dan elevator
akses bagi siswa penyandang cacat tubuh (berkursi
roda) di kampus SOF.
Saya sempat terkagum dengan kelas yang menurut kita
mungkin “tawar” untuk ukuran standard kelas kita di
Indonesia atau di mana pun, karena tidak “diformalkan”
dengan gambar lambang negara, presiden dan wakil
presiden, apalagi gambar-gambar poster dan tempelan
portofolio siswa yang menghiasi dinding kelas kita.
Filosofi SOF memang sederhana tetapi elegan, menurut
mereka jika di dalam notebook sudah tersedia sumber
sekaligus media belajar yang mutakhir, menarik dan
menyenangkan siswa serta dapat menyimpan semua hasil
(portofolio) siswa dalam format digital, mengapa
hardcopy-nya perlu ditempelkan dan ditampilkan sebagai
“pemanis” dinding kelas/lab?
Satu lagi yang menarik, mereka memiliki 1 unit Life
Skill Lab yang isinya semua peralatan rumah tangga
berupa peralatan dapur, kulkas, mesin cuci
piring/gelas, mesin cuci pakaian, meja setrika, model
kamar mandi, WC, dan perangkat rumah tangga lainnya.
Saya jadi teringat waktu SD dulu pernah menerima
pelajaran PKK, sehingga waktu mondok di indekost-an
atau di dormitory dulu tidak mengalami kesulitan
berarti, karena semua pekerjaan rumah tangga dapat
saya lakukan. Disinilah persepsi life skill kita
berbeda dengan SOF.
Memiliki notebook tidak berarti mengabaikan buku,
karenanya SOF menyediakan ratusan buku-buku
berkualitas di Interactive Learning Center untuk
dibaca di center atau dipinjam untuk dibaca di rumah.
Bahkan tradisi membaca ini boleh membuat kita iri,
karena selain notebook, mereka juga membawa beberapa
buku di dalam backpack (tas ransel) untuk dibaca saat
di perjalanan bus atau trem serta saat usai makan
siang di taman-taman kota. Artinya masih ada
‘homework’ bagi siswa SOF di rumah, karena rumah juga
sekolah (extra school) bagi mereka.
Inilah e-school yang diproyeksikan sebagai model
Sekolah Abad 21 di Amerika Serikat, dimana
‘e-learning’ telah mencapai dimensi ‘m-learning’
(mobile learning) yang sesungguhnya. Dan tidak
mustahil pula fleksibilitas tanpa batas-nya
‘u-learning’ (ubiquitous learning) beberapa bulan
mendatang akan menjadi platform belajar baru yang akan
menggantikan m-learning.
“Keep on dreaming, and forcing us to dream too.” –
demikian tantangan Bill Gates (Chief of Architects,
Microsoft Corporation) dalam membuka SOF Philadelphia.
SOF boleh jadi merupakan mimpi kita di Indonesia,
tetapi suatu keniscayaan untuk kita wujudkan bersama.
Bukankah bersama kita bisa?
Demikian laporan kunjungan kami di SOF Philadelphia,
bagi Bapak/Ibu berminat untuk memiliki DVD Microsoft
Education Roadmap (didalamnya ada info lengkap tentang
SOF), silakan japri ke e-mail saya, dengan senang hati
insyaallah akan segera saya kirimkan.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum wr wb
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
7:57 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Friday, November 17, 2006
AYAH PAHLAWAN ADALAH…
AYAH PAHLAWAN ADALAH…http://artikellittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
5:30 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Memahami anak special
Memahami bahwa setiap anak special, bukan sekedar memberi perlakuan yang berbeda pada masing-masing anak tersebut, namun yang tak kalah pentingnya adalah, memberi beragam fasilitas bermain dan belajar yang mampu menstimulus berkembangnya kecerdasan majemuk yang ada pada diri mereka. Baca ulasannya singkatnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
5:04 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Monday, November 06, 2006
Be ready for our next actions.....
Assalamualaikum....
Di akhir semester pertama ini ada beberapa kegiatan yang akan meramaikan tutup tahun di Little Darbi. Mau tahu?? simak nih....
Wassalamualaikum.....
Di akhir semester pertama ini ada beberapa kegiatan yang akan meramaikan tutup tahun di Little Darbi. Mau tahu?? simak nih....
- Fieldtrip. Kegiatan ini akan mengajak Ananda berpetualang dan melihat langsung hal-hal yang telah dipelajarinya di sekolah. Untuk Ananda TK-A dan Playgroup akan bersama-sama mengunjungi peternakan sapi!Wah....asyik sekali!Jangan lupa membawa masker atau penutup hidungnya ya. Dan juga cobalah susu sapinya. Hmmm...yummy! Untuk kakak TK-B Ananda akan mengunjungi Museum Quran!Seperti apa ya? Bunda juga belum tau tuh...sepertinya akan mengasyikkan!!Tunggu saja ya...
- Special Week. Wah...kali ini akan bertema tentang apa ya? Tunggu saja...dijamin pasti seru!
- Ada juga "Kiddy Camp", apaan nih?Mau tahu?Terus simak di blog kita tercinta ini ya...
- Idhul Adha bersama Little Darbi (ssstt....ada acara menyembelih kambing atau sapinya nih! makanya, kumpulin terus uang infaknya yuks, biar bisa buat beli kambing untuk saudara-saudara kita yang kurang mampu
Wassalamualaikum.....
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
4:17 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
selamat idul fitri
Segenap Keluarga besar Little Darbi
Mengucapkan
Happy Idul Fitri 1427 H
Mohon maaf atas segala kekhilafan
Mengucapkan
Happy Idul Fitri 1427 H
Mohon maaf atas segala kekhilafan
Taqabballalahu
minna wa minkum
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
4:12 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Wednesday, October 11, 2006
Good Luck Day
Inilah aksi Ananda TK-B setelah menyelesaikan masa belajar mereka di TK. Ananda adalah lulusan angkatan ke-4 Little Darbi. Good Luck ya....
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
1:47 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Thursday, September 21, 2006
Active Learning For Kids
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang saya lakukan saya faham. (Confucius,2400 th yang lalu
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar.Lihat diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain. Saya kuasai
(Mel Siberman)
Active Learning For Kids
Bunda Yes, Bunda Zhu & Bunda Lin
Problem Belajar Siswa
Ini hanya terjadi pada para siswa yang mengandalkan pendengaran
Perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu
Ini cenderung mengarah pada tingkat belajar lebih rendah dari informasi faktual
Ini mengasumsikan bahwa semua siswa memerlukan informasi yang sama dan langkah yang sama
Siswa cenderung tidak menyukainya
(Penelitian dari David Roger Johnson & Kal Smith)
Bagaimana belajar aktif? baca selengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar.Lihat diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain. Saya kuasai
(Mel Siberman)
Active Learning For Kids
Bunda Yes, Bunda Zhu & Bunda Lin
Problem Belajar Siswa
Ini hanya terjadi pada para siswa yang mengandalkan pendengaran
Perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu
Ini cenderung mengarah pada tingkat belajar lebih rendah dari informasi faktual
Ini mengasumsikan bahwa semua siswa memerlukan informasi yang sama dan langkah yang sama
Siswa cenderung tidak menyukainya
(Penelitian dari David Roger Johnson & Kal Smith)
Bagaimana belajar aktif? baca selengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
8:55 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Multiple Intelegence for kids
iPORTOFOLIO dan RUBRICS
Presented by: Bunda Fitri dan Bunda Rina
Mengapa menggunakan Portofolio?(1)
Portofolio memberikan kepada siswa kesempatan untuk belajar secara mandiri
Dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa
Portofolio dapat digunakan untuk menentukan perkembangan siswa setiap saat
Mengapa menggunakan Portofolio? baca lengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Presented by: Bunda Fitri dan Bunda Rina
Mengapa menggunakan Portofolio?(1)
Portofolio memberikan kepada siswa kesempatan untuk belajar secara mandiri
Dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa
Portofolio dapat digunakan untuk menentukan perkembangan siswa setiap saat
Mengapa menggunakan Portofolio? baca lengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
8:50 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Portofolio dan Rubrics
PORTOFOLIO dan RUBRICS
Presented by: Bunda Fitri dan Bunda Rina
Mengapa menggunakan Portofolio?
(1) Portofolio memberikan kepada siswa kesempatan untuk belajar secara mandiri
Dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa
Portofolio dapat digunakan untuk menentukan perkembangan siswa setiap saat
Mengapa menggunakan Portofolio?
(2) Portofolio digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa berpikir, memberikan alasan, mengatur, menyelidiki, dan berkomunikasi
Portofolio memberikan cara efektif dalam pengumpulan dan menunjukkan tujuan yang melebihi target yang tak dapat dinilai seefektif dengan metode kertas dan pensil
Mengapa menggunakan Portofolio?
(3) Portofolio dapat digunakan untuk mengkomunikasikan usaha, dan perkembangan siswa menuju keberhasilan belajar seutuhnya. selengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Presented by: Bunda Fitri dan Bunda Rina
Mengapa menggunakan Portofolio?
(1) Portofolio memberikan kepada siswa kesempatan untuk belajar secara mandiri
Dapat digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa
Portofolio dapat digunakan untuk menentukan perkembangan siswa setiap saat
Mengapa menggunakan Portofolio?
(2) Portofolio digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa berpikir, memberikan alasan, mengatur, menyelidiki, dan berkomunikasi
Portofolio memberikan cara efektif dalam pengumpulan dan menunjukkan tujuan yang melebihi target yang tak dapat dinilai seefektif dengan metode kertas dan pensil
Mengapa menggunakan Portofolio?
(3) Portofolio dapat digunakan untuk mengkomunikasikan usaha, dan perkembangan siswa menuju keberhasilan belajar seutuhnya. selengkapnya di http://artikellittledarbi.blogspot.com
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
8:40 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Memupuk Leadership sejak Balita
A. Pendahuluan
Setiap manusia dalam kehidupannya, pastilah pernah berada dalam situasi ia harus menjadi pemimpin. Dalam keluarga dibutuhkan seorang pemimpin dalam mengarungi bahtera kehidupan, apakah ayah, jika ada, atau bahkan seorang anak tertua jika ia yatim piatu. Di kehidupan sosial, ibu-ibu yang berkumpul akan menunjuk siapa orang yang akan mengkoordinir mereka, agar kegiatan kumpul mereka lebih bermakna. Intinya seorang manusia perlu memiliki sifat kepemimpinan sehingga dapat berperan dalam kehidupannya dengan lebih berarti. Apalagi jika melihat dari kebutuhan bangsa ini. Bangsa yang besar dan sedang berusaha bangkit dan berkembang membutuhkan banyak pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang sengaja dipersiapkan bukan pemimpin yang dipaksakan. Untuk itulah sejak usai dini seorang anak mulai dipupuk nilai-nilai kepemimpinan. Masa keemasan (Golden Age) ini, akan dimanfaatkan untuk menancapkan sifat kepemimpinan pada seorang anak, sehingga sifat tersebut terus terasah hingga dewasa dan menjadi karakter dalam diri mereka yang muncul akibat proses habituasi nilai-nilai tersebut. Dari sinilah diharapkan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang bukan hanya kaya akan ilmu namun matang dengan pengalaman sejak kecil.
Berdasrkan hasil riset yang dilakukan daritahun 1987 sampai dengan 2002, dengan responden yang diambil dari enam benua, ditemui 20 karekteristik yang diharapkan para pengikut terhadap pemimpinnya. 20 karekter tersebut adalah; Jujur, berorientasi ke depan, kompeten, membangkitkan semangat, cerdas, adil, berwawasan luas, mendukung, dapat dipercaya, dapat diandalkan, kooperatif, tegas, imajinatif, ambisius, berani, perhatian, dewasa, setia, pengendalian diri dan independen. Pada prinsipnya, seluruh karakteristik ini sangat mungkin untuk mulai ditanamkan sejak dini. Namun karena berbagai keterbatasan, hanya dipilih beberapa karakter saja.
Pembahasan makalah ini ini lebih dikhususkan pada pemupukan nilai-nilai kepemimpinan pada diri seorang anak melalui lembaga pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan penting dalam pengembangan diri seseorang dan masyarakat( Dellors, 1996.hlm 46). Lembaga pendidikan pada usia dini yaitu taman kanak-kanak. Melalui berbagai kegiatan yang ada di taman kanak-kanak guru dapat menyisipkan nilai-nilai tersebut.
B. Deskripsi Teoritis
Ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah proses di mana seseorang mampu memberi pengaruh kepada sekumpulan orang untuk dapat meraih tujuan tertentu (Northouse, 1997.hlm 3). Menurut Alan Keith kepemimpinan pada dasarnya adalah mengenai penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa. (Posner, 2004. hlm 3). Pemahaman mengenai kepemimpinan pada saat ini bergeser pada penyadarn bahwa kepemimpinan adalah urusan setiap orang. Apakah ia memilki jabatan sebagai pemimpin atau pun tidak. Kalaupun ia hanya pengikut ia tetap harus terlibat dengan proses kepemimpinan tersebut (Hardiman, 2206). Bahkan lebih dari 14 abad yang lalu Muhammad SAW bersabda, “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu (Al Hadits, HR Tirmidzi, Abu Dawud, Shahih Bukhori dan Muslim.). Hal ini menekankan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab dalam kehidupannya. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain ( Ginandjar, 2003. hlm 1)
Ada beberapa nilai-nilai kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin di antaranya; jujur, cerdas, adil, kooperatif, imajinatif, berani, pengendalian diri. (Posner, 2004. hlm 27). Hampir di setiap survey nilai kejujuran menuruti nomor pertama yang dipilih responden. Orang akan bersedia menuruti kemauan orang lain ketika ia jujur, pada dasarnya setiap orang tidak suka dibohongi. Kecerdasan akan mendukung kemampuan sesseorang dalam memimpin, apalagi jika dikaitkan dengan pengertian kecerdasan majemuk. Berbuat adil, akan menentramkan orang lain. Orang yang adil akan bertindak seobjektif mungkin. Kooperatif adalah kunci utama dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam setiap geraknya pemimpin harus dapat menjalin hubungan yang baik dengan pengikutnya. Kemampuan Imajinasi seseorang akan menghasilkan berbagai inovasi yang membuat seorang pemimpin mampu mengerjakan pekerjaan “besar”. Keberanian mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin. Berani membela kebenaran, berani menerima tantangan, berani mengakui kesalahan dan berani mengakui keunggulan orang lain. Sangatlah sulit bagi sesorang untuk dapat mengendalikan orang lain, jika ia sendiri tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Pada umumnya, usia anak dapat mulai memasuki jenjang sekolah tingkat taman kanak-kanak adalah 3 sampai 6 tahun. Kisaran usia tersebut adalah masa emas yang berharga. Masa di mana seorang anak akan mampu menyerap 90% dari apa yang pernah dipelajarinya.( Gordon ,1997. hlm 320). Untuk itulah masa kanak-kanak menjadi waktu yang ideal bagi anak untuk mulai belajar. Paling tidak ada tiga alasan, yaitu; pada masa tersebut anak senang mengulang-ulang. Kedua, anak memilki keberanian yang lebih, indikasinya mereka tidak takut merasa sakit atau khawatir celaka, karena pemahaman terhadap faktor resiko yang relatif masih minim. Dan yang kletiga, anak-nak mudah dan cepat belajar. (Hurlock, 1980.hlm 23).
Menurut Carolyn dan J.W Lilienthal , terdapat memilki tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani anak di taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Tugas-tugas tersebut di antaranya; berkembang menjadi pribadi yang mandiri, belajar berbagi, bergaul, mengembangkan pengendalian diri, bermain berbagai peran yang ada di masyarakat, belajar mengenal tubuh dan diri, mengembangkan ketrampilan motorik halus dan kasar, mulai mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya, menguasai kata-kata dan ketrampilan berbahasa lainnya,dan mengembangkan perasaan positif dalam bersosialisasi. (Hidayat, 2003.hlm 5). Keseluruh tugas ini menjadi kewajiban guru untuk menjadikannya acuan merancang kurikulum dan membuat berbagai kegiatan kelas.
Mengajar anak usia taman kanak-kanak tentu berbeda dengan mengajar anak yang lebih tua. Mengajar nak usia dini, tidak dengan menceramahi atau secara lisan memberi perintah atau sekedar menyampaikan informasi. Guru-guru balita seperti yang diungkapkan beberapa ahli, di antaranya, Piaget, Forman & Kuscher serta Lay-Doypera, lebih banyak membimbing atau sebagai fasilitator. Anak-anak belajar dengan berbuat (learning by doing). Hal tersebut dilengkapi oleh sebuah pernyataan sikap dari NAECY (National Association for the Education of Young Children) untuk pendidikan anak, yaitu:
Bagi anak-anak, untuk mengerti secara penuh dan mengingat apa yang telah mereka pelajari, apakah itu berhubungan dengan bacaan, matematika atau mata pelajaran penting lainnya, penjelasan informasi haruslah penuh arti terhadap anak dalam konteks perkembangan dan pengalaman anak.
C. Pembahasan
1. Jujur
Kejujuran sebagai karekteristik dari seorang pemimpin yang dianggap paling utama dimiliki. Melatih seorang anak untuk dapat jujur, baik dalam betutur kata maupun dalam tindakan tidak cukup hanya dengan memberikan dogma atau pun teori. Orang jujur disayang Tuhan dan orang tidak jujur berdosa lalu masuk neraka. Atau sekedar mengancam bahwa orang yang tidak jujur akan dimusuhi teman dan seterusnya. Bagi anak-anak early childhood, penanaman nilai-nilai lebih mudah dipahami dan melekat dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna dan langsung aplikatif dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Story telling adalah kegiatan yang menarik bagi anak. Menyampaikan cerita-cerita mengenai tokoh-tokoh yang memiliki sifat jujur dengan berbagai media dan ekspresi serta body language yang baik akan membuat anak tertarik dan mampu menyimak pesan dari cerita tersebut. Story telling dapat menjadi rutinitas di waktu-waktu tertentu. Di pagi hari misalnya, bagi seorang guru dapat memanfaatkan waktu pagi, sebelum pelajaran inti dimulai. Dari kisah-kisah tersebut anak akan mendapatkan pelajaran mengenai gunanya menjadi orang jujur dan dampaknya menjadi orang tidak jujur.
Dramatic play atau bermain peran dapat pula menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak akan diajak memerankan berbagai karakter pada kegiatan tersebut. Selayaknya drama di televisi, akan ada akhir dari cerita yang menggambarkan buah dari kejujuran. Pada kegiatan ini, selain mereka mendapatkan nilai-nilai kejujuran mereka pun dapat mempraktekkan langsung bagaimana menjadi orang jujur. Diharapkan peran dalam drama lambat laun akan bergeser menjadi peran dalam kehidupan mereka yang sebenarnya.
Drama dapat pula dibawakan oleh guru-guru . Mereka mempertontonkan cerita dalam bentuk drama/teater atau pun Happening art. Anak-anak akan mendapatkan suguhan yang menarik untuk mereka tonton. Selain nilai-nilai kejujuran yang mereka dapat merekapun mendapat contoh secara konkret bagaimana berlaku jujur baik melalui perkataan atau pun tingkah laku disertai ekspresi yang mendukung. Bagi anak-anak cara orang dewasa bersikap sangat cepat mereka serap melalui contoh nyata. Anak-anak adalah peniru yang unggul.
2. Cerdas
Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah penerjemahan dari kata intellegence dari bahasa Inggris. Secara harfiah intellegence bermakna; “The faculty of understanding capacity to know or apprehend”. Kata intellegence sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu intellegere, artinya menghubungkan atau menyatukan antara yang satu dengan yang lain. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian intelegensi, yaitu :
Namun sebagian ahli psikologi mengalami kesulitan dalam mendefinisikan intelegensi dalam sebuah kalimat. Beberapa dari mereka lebih suka memusatkan perhatian pada masalah perilaku intelegensi (intelligent behaviour). Di antara ciri-ciri perilaku intelegensi adalah adanya kemampuan untuk memahami dan menyesuaikan permasalahan mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreatifitas yang tinggi dan daya imajinasi yang berkembang.
Berdasarkan kegunaannya intelligensi dibedakan menjadi dua, yaitu intelegensi teoritis dan intelegensi praktis. Intelegensi teoritis adalah kemampuan untuk mendapatkan pikiran dalam menyelesaikan persoalan secara cepat dan tepat. Intelegensi praktis ialah kemampuan untuk dapat mengatasi situasi yang serba sulit dalam situasi perbuatan dan pekerjaan yang sedang berlangsung secara cepat dan tepat.
Makna kecerdasan sebelumnya lebih terfokus pada apa yang disebut dengan kecerdasan intelektual. Namun seiring dengan pengetahuan manusia yang terus berkembang, pemahaman kecerdasan pun berkembang pula. Selain kecerdasan intelektual ternyata ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya untuk dimiliki seseorang. Kecerdasan itu adalah kecerdasan emosioanal. Goleman yang menggulirkan kecerdasan ini menyatakan bahwa bukan sekedar kecerdasan intelektual saja yang berperan besar. Bahkan dalam hasil penelitiannya ia membuktikan bahwa kecerdasan emosional telah memberi kontribusi lebih banyak daripada kecerdasan intelektual. Kemudian dua kecerdasan ini, kecerdasan otak (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ),dilengkapi lagi oleh beberapa ahli, yang oleh Covey dicoba disimpulkan menjadi kecerdasan fisik (PQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Selanjutnya kecerdasan versi Gadner merupakan pengembangan empat kecerdasan tersebut yaitu yang dikenal dengan kecerdasan majemuk (Multiplle Intellegences). Delapan kecerdasan yang tercangkup dalam kecerdasan majemuk adalah;
1.Linguistic Intellegences (Word smart)
Pandai berbicara, gemar becerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki keceradasan linguistik yang menonjol. Keceradasan itu menunutut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaiatan dengan proses berpikirnya.
2. Logical-Mathmatical Intellegence (Number/Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan logika yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menunutut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengkalsifikasikan benda, menganalisa informasi yang didengar, dan suka berhitung.
3. Visual-Spatial Intellegence (Picture Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan visual-spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imajinatif dan kreatif. Senan membuat model, menggambar sesuatu yang ada dipikirannya.
4. Bodily-Kinesthetic Intellegence (Body smart)
Anak-anak dengan kecerdasan bodily-kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, kesimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Mereka biasa menggunakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi dan mengembangkan permainan.
5. Musical Intellegence (Music smart)
Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musikal, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi, atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
6. Interpersonal Intellegence (People smart)
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, sangat mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerjasama dengan orang lain.
7. Intrapersonal Intellegence (Self smart)
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengevaluasi apa yang telah dikerjakannya, untuk anak usia dini, biasanya menyesali perbuatan yang kurang baik yang dilakukannya. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
8. Naturalist Intellegence (Nature smart)
Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereeka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadi awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman dan tata surya.(Gadner, 1983.hlm25).
Satu lagi kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Gadner pada tahun 1999, yaitu; Existence Intellegence, Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yang cenderumg bersikap mempertamyakan segal sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapi.
Memberi kesempatan kepada seorang anak untuk dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan yang ada bukanlah hal yang mustahil. Kenyataanya, ketika seorang anak dirangsang salah satu kecerdasannya, hal itu akan membawa pada perkembangan dan stimulasi kecerdasan lain yang tampak berbeda. Sebagai contoh, Albert Einstein adalah seorang ilmuan, ahli matematika dan pemain bola yang cemerlang, sementara Leonardo Da Vinci hebat dalam bidang olah raga, seni, arsitektur, matematika dan fisika
Guru memilki kewajiban untuk memfasilitasi siswa melalui kegiatan sekolah dan sarana-sarana yang ada dalam rangka mengoptimalisasikan kecerdasan majemuk anak. Melalaui hal tersebut, guru akan dapat mendeteksi kecerdasan mana yang lebih dominan yanga da pada diri muridya, sehingga dapat lebih dikembangkan lagi. Sedangkan kecerdasan yang belum muncul atau masih minimal akan dicari upaya memaksimalkan kecerdasan tersebut, sehingga tetap berkembang optimal walaupun tidak sama dengan perkembangan kecerdasan lainnya.
3. Adil
Memupuk sikap adil pada diri anak-anak usia balita dapat diawali dengan pemberian pemahaman mengenai kata adil. Pemberian pemahaman kepada anak-anak biasanya dapat di mulai dengan memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang baik, senantiasa menganggap setiap muridnya istimewa. Guru akan mencoba memberi perlakuan yang khusus pada setiap anak sesuai dengan karakternya atau kebutuhannya. Sebagai contoh; anak yang memiliki gaya belajar visual, akan dibantu dengan media gambar, agar ia lebih dapat memahami apa yang disampaikan gurunya, atau anak yang memilki kebutuhan khusus seperti; hiper aktif, akan di beri kesempatan, sebelum memulai pelajaran ia dapat melakukan aktifitas fisik tertentu semisal; berlari di lapangan, bermain becak mini atau melompat di trampolin, sehingga energi yang berlebih dapat tersalurkan dan ia kemudian dapat berkonsentrasi ketika belajar di dalam kelas. Namun, untuk hal-hal yang umum, guru tidak membeda-bedakan muridnya. Memberi giliran ke semua siswa untuk memimpin di depan kelas, bukan hanya anak lelaki saja yang diberi kesempatan, misalnya. Berlaku ramah sekaligus tegas pada siapa saja, tanpa memandang bahwa anak ini anak yang patuh, sedang ia anak yang “nakal”. Sikap-sikap guru di atas, akan menjadi contoh bagi siswanya dalam berlaku adil. Bahwa yang dikatakan adil, bukan berarti harus selalu berlaku sama terhadap orang lain, namun berlaku adil adalah bersikap kepada orang lain sesuai dengan kapasitas atau porsinya.
Pemberian contoh konkret atau tauladan pada anak-anak dapat pula dibantu dengan membacakan atau menampilkan cerita-cerita ketauladanan tentang orang –orang yang berlaku adil. Kisah nyata atau pun fiksi dapat diberikan. Prinsipnya adalah, bahwa anak semakin menyadari dan mengetahui bahwa dengan berlaku adil, akan membahagiakan dirinya maupun orang lain.
Dalam aktifitas belajar, guru pun dapat menyisipkan nilai-nilai keadilan di dalamnya. Pada pelajaran matematika konsep pengurangan guru dapat memberi contoh soal cerita sebagi berikut:
Mama Andi membawakan Andi Pizza kesukaanya. Pizza itu telah dibagi menjadi 4 potong. Andi diminta untuk membagikannya secara adil kepada adiknya, Ia pun hanya mengambil dua potong . Berapa potong sisanya yang ia berikan ke adik?
Pada kegiatan di Blocks Corner, anak-anak di persilakan membuat bangunan dari balok-balok yang tersedia. Setiap anak dapat mengambil balok sesuai kebutuhan bangunan yang ia ingin buat. Biasanya ada beberapa anak yang mengambil balok dalam jumlah banyak, padahal ia hanya membutuhkan beberapa saja dan tidak bersedia membaginya kepada orang lain atau acapkali mereka membaginya ke teman yang mereka sukai padahal tidak membutuhkan. Dari kegiatan ini guru dapat memberikan penguatan tentang berbuat adil dengan memberinya kesadaran bahwa ada temannya. yang kekurangan balok , sedang ia memiliki lebih dan tidak ia pergunakan.
4. Kooperatif
Cukup banyak anak-anak dapat mengerjakan tugas secara mandiri. Kendala sering muncul ketika mereka dihadapkan pada model kerja berkelompok. Sebuah tugas yang harus dikerjakan bersama-sama dengan bekerja sama, bukan sekedar sama-sama bekerja. Ada tipe anak yang selalu ingin memimpin aatau segala kemauannya harus diikuti. Tipe seperti ini akan berusaha mengatur orang lain sampai mau mengikuti perintah tersebut. Keinginan dan pendapat teman, tidak dihiraukan. Jika keinginanya tidak terpenuhi , mungkin akan marah, memukul, mengamuk atau menangis. Ada pula tipe anak yang pasif. Biasanya dalam bekerja sama ia hanya menjadi pengikut, tidak ada inisiatif, takut atau malu mengungkapkan keinginannya. Ia lebih banyak diam. Dua tipe di atas merupakan contoh tipe anak dalam bekerja sama.
Dalam sistem pembelajaran di kelas, guru berusaha memberi beberapa bentuk kegiatan . Ada bentuk kegiatan mandiri, kegiatan bersama (sama-sama bekerja namun masing-masing memilki kegiatannya sendiri), kegiatan berpasangan (dua orang ) dan kegiatan berkelompok (Lebih dari dua orang dan menuntut kerja sama dalam menyelesaikan tugas tersebut). (classsetting terlampir)
Selain memberikan alternatif di atas, dalam setiap materi pelajaraan, guru dapat pula membagi siswa dalam dua atau tiga kelompok belajar sesuai standar manajemen kelas. Pembagian kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jika pada pelajaran matematika, misalnya; guru dapat membagi menjadi 3 kelompok kemampuan; Low untuk anak-anak yang kecerdasan logikanya masih butuh bantuan. Middle untuk yang memilki kemampua standar dan high untuk anak-anak yang kemampuan matematikanya sangat baik. Untuk pelajaran art, guru dapat membagi kelompok berdasarkan minat. Atau pada social studies, siswa dapat dikelompokkan berdasarkan karakter. Maksudnya, dalam setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan karakter yang berbeda, pemalu, pendiam, banyak bicara, mau menang sendiri, egois, penyabar, baik hati dan lain-lain. Dari pembentukkan kelompok ini diharapkan, karekter yang berbeda dapat saling mempengaruhi untuk hal yang positif, yaitu; mereka dapat mencontoh sikap positif yang ada pada diri temannya. sedangkan yang negatif memberi latihan bagi tiap-tiap anak untuk dapat melihat kenyataan sesubngguhnya bahwa dalam kehidupan ini, ada yang baik ada yang belum baik , ada yang enak adak yang tidak enak. Pembagian kelompok belajar ini selain membantu pencapaian target pembelajaran, juga bermanfat melatih kemampuan kerjasama antar siswa.
Di awal tahun ajaran, guru dan murid telah membuat kesepakatan mengenai aturan main dalam belajar. Salah satunya adalah mendengarkan orang yang sedang berbicara. Pada saat guru menyampaikan materi, apakah dalam bentuk story telling, penjelasan materi dan lain sebagainya, jika terdapat siswa yang melanggar kesepakatan tersebut, maka menjadi tugas guru untuk konsisten menjalankan kesepakatan itu. Dampaknya, siswa akan belajar untuk sabar mendengarkan orang lain dan mengerti kapan ia dapat berbicara dan kapan ia harus mendengar. Dalam bekerja sama hal ini merupakan salah satu syaratnya.
5. Imajinatif
Umumnya setiap anak memilki kemampuan berimajinasi. Acapkali terlihat seorang anak sedang berbicara sendiri. Seolah-olah ada orang lain yang ia sedang ajak berbicara. Beberapa anak wanita sering terlihat berjalan berlenggak lenggok bak peragawati berjalan di atas caltwalk, senyum-senyum di depan cermin atau berlagak seperti ibu-ibu yang sedang sibuk mengurusi anak. Lain pula dengan beberapa anak laki-laki yang asyik memainkan pedang mainannya seperti seorang pahlawan yang sedang menghadapi musuh. Atau seorang ank yang sedang bercerita bahwa ia baru saja bertemu dengan seorang putri cantik yang mengajaknya bermain, atau cerita-cerita sejenis yang terkadang membuat orang dewasa berpikir bahwa anak tersebut berbohong. Padahal sebagian mereka bercerita tersebut bukan dalam rangka ingin berbohong, namun sekedar mendeskripsikan imajinasi mereka mengenai sesuatu yang mereka mimpikan.
Daya imajinasi yang telah seorang anak miliki, perlu dikembangkan menjadi imajinasi yang terarah. Kegiatan art atau yang biasa dikenal dengan ketrampilan khusus, dapat menjadi salah satu kegiatan yang sesuai Anak-anak dapat diberikan kesempatan untuk membuat karya-karya sni sesuai dengan keinginan mereka, tentu dengan ditunjukkannya terlebih dahulu beberapa contoh dari guru dan petunjuk pembuatannya. Namun anak-anak boleh memodifikasinya sendiri. Atau bahkan memberi kebebasan kepada siswa untuk membuat kreasi apapun dengan bahan yang telah ditentukan atau sebaliknya. Intinya pada kegiatan ini tidak harus setiap anak menghasilkan karya yang sama dengan contoh yang diberikan guru.
Pemberian project juga cukup menarik. Project biasanya karya yang dihasilkan oleh lebih dari satu anak. Kelompok project dapat terdiri dari beberapa siswa atau berupa kaloborasi siswa dengan orang tua. Dari kerja kelompok ini mereka dapat saling memberi masukan mengenai apa yang mereka akan lakukan, sehingga satu sama lain dapat pengetahuan baru. Pengetahuan baru inilah yang semakin memperkaya daya imajinasi mereka.
Lembar kerja pun dapat dimodifikasi menjadi sebuah sarana pengerjaan tugas atau soal yang kreatif. Dulu, yang disebut lembar soal biasanya hanyalah memuat butir-butir soal, yang bentuknya essay, pilihan ganda atau lainnya. Pada saat ini lembar kerja khususnya pada anak-anak telah disempurnakan. Unsur fun learning dimasukkan di dalamnya dengan harapan mereka tertarik dan enjoy dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Bentuk-bentuk soal pun lebih kreatif dan variatif, sebagai contoh; pada soal matematika mengenai konsep hitung maju guru membuat sebuah pohon pinang yang persiapkan untuk lomba panjat pinang daalm rangka perayaan ulang tahun kemerdekaan. Pada setiap ruas pohon dicantumkanlah angka-angka, namun ada beberapa ruas yang tidak terdapat angka tersebut. Siswa diminta mengisi ruas yang kosong dengan angka yang sesuai dengan konsep hitung maju yang diminya. Setelah itu siswa boleh mewarnai atau menghias pohon pinang tersebut. Bentuk lembar kerja seperti ii juga dapat menstimulus ide-ide kreatif mereka.(worksheet terlampir)
Sama halnya dengan bermain peran, pantomim akan mengasah daya imajinasi seorang anak. Pada saat guru meminta anak memperagakan gerakan tertentu, pesawat terbang misalnya, si anak akan berusaha membayangkan pesawat yang pernah ia lihat langsung atau di telivisi. Kemudian ia akan mencoba memperagakannya. Mungkin sebagian akan mempertunjukkan gerakan pesawat yang sedang tenang dengan merentangkan tangan mereka dan mengerakkannya perlahan ke kanan dan kekiri sambil berjalan perlahan pula. Namun mungkin saja, ada anak yang berlari dengan tangan menguncup ke depan dan tiba-tiba terjatuh, kenapa? Ia menjelaskan bahwa itu adalah gerakan pesawat yang mengalami kerusakan mesin dan terjatuh. Terkadang orang dewasa tak menduga bahwa pikiran seorang anak mampu mengejutkan bahkan menjadi inspirasi bagi orang dewasa. Penguatan berupa apresiasi atau pun pujian terhadap imajinasi seorang anak yang ditampilkan akan semakin membuat seorang anak bersemangat untuk berimajinasi . Respon negatif, seperti tidak menghiraukan bahkan mentertawakan atau mencemooh mereka, dapat menyebabkan terhambatnya atau yang lebih parah lagi dapat mematikan daya kreatifitas berimajinasi mereka. Akhirnya mereka takut untuk berimajinasi, sehingga tak akan lahirlah inovasi dalam kehidupannya kelak.
6. Berani
Keberanian adalah salah satu syarat menjadi seorang pemimpin. Seorang anak yang pendiam belum tentu tidak mau melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian. Anak yang banyak bicara tudak selalu bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang menuntut keberanian. Keberanian seorang anak dapat ditumbuhkan sejak dini. Pertama-tama yang perlu dilakukan seorang guru untuk menumbuhkan keberanian pada diri seorang anak, adalah mencari tahu penyebab ketidakberaniannya. Apakah karena hal itu merupakan sesuatu yang sama sekali baru, sehingga ia sebenarnya hanya ragu dan butuh sekedar motivasi. Atau ketidakberanian yang timbul karena rasa percaya diri yang rendah. Mungkin juga ada kejadian tertentu yang membuat trauma pada dirinya, atau hal lain. Pengetahuan guru mengenai latar belakang ketidakberanian siswa akan membantu guru memberi treatmen yang lebih tepat.
Secara umum, ada kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sifat berani pada diri seorang anak. Member kesempatan setiap anak untuk mau menjadi pemimpin pada kegiatan-kegiatan kelas, seperti; memimpin doa dan memimpin barisan . Anak-anak yang belum berani akan termotivasi dengan melihat temannya yang berani memimpin. Lambat laun mereka akan terbiasa memimpin tanpa malu atau takut lagi. Di beberapa sekolah, ada sebuah kegiatan yang dikenal dengan istilah assembly yang dilakukan sepekan sekali. Kegiatan ini memberi kesempatan pada setiap anak untuk berana tampil di depan teman-teman dan guru. Mereka dapat menampilkan kemampuan yang mereka milki, seperti; bernyanyi, menari, berpuisi, atau menghapal seuatu. Biasanya di awal tahun ajaran penampilan berupa classperformance. Seluruh siswa di kelas tampil. Hal ini tidak terlalu membuat anak-anak yang belum berani tampil seorang diri, tidak terlalu takut untuk tampil. Pertengahan semester, biasanya sudah ada beberapa anak yang berani tampil dengan beberapa orang teman saja atau bahkan sendiri. Keberanian pada setiap anak pun lambat laun tumbuh dan berkembang.
Outbound menjadi tren baru pada saat ini sebagai sebuah ajang menumbuhkan sikap berani pada diri anak. Aktivitas-aktivitas yang terdapat di kegiatan outbound ini merupakan aktifitas yang menantang dan membangkitkan adrenalin seorang anak. Sebut saja Flyng fox, yaitu meluncur dari ketinggian tertentu yang lebih dari tiga meter. Spider web, atau merayap di jaring laba-laba. Monkey bar, di mana anak berjalan meniti dengan tantangan di ketinggian tertentu atau terjatuh dilumpur yang kotor. Beberapa contoh aktifitas tersebut, dikemas dengan menarik . Siswa akan termotivasi mencoba tanpa terlalu khawatir akan .
7. Pengendalian diri
Mampu menguasai diri baru dapat dilakukan ketika seorang anak mampu mengenal emosinya. Memberi berbagai gambar ekspresi wajah dapat dijadikan media perkenalan anak tentang macam-macam emosi, seperti senag, marah, sedih atau takut. Kemudian anak ajak untuk terbiasa mengungkapakn emosi yang ia rasakan dengan memberi nama pada emosi yang tampil di dirinya, “Aku sedang sedih” atau “aku marah”. Pembiasaan ini melatih seorang anak menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Pada beberapa anak yang belum dapat melabelkan emosinya, biasanya mereka akan melakukan hal yang sama, seperti menangis pada situasi yang berbeda. Ketika sedih ia menangis, pada saat marah ia pun menangis, pada saat orang bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, ia hanya menangis tanpa tahu bagaiman cara mengkomunikasikan emosi yang ia rasakan.
Bagi anak-anak yang sudah mengenal dan mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan, masalah yang sedang ia hadapi akan dapat terselesaikan dengan lebih cepat dan tuntas. Ia akan secara spontan mengatakan ; ” Aku marah, karena teman-teman menggangguku, aku tidak suka diganggu”. Orang lain yang mendengarnya akan lebih dapat meresponnya dengan baik dan tepat, tanpa harus menduga-duga sebelumnya.
Selanjutnya anak–anak di ajari bagaimana cara mengungkapkan emosi mereka dengan baik dan benar. Cukup mengekspresikan kemarahan mereka dengan wajah marah disertai kata aku marah, tanpa teriakan karena akan membuat sakit tenggorokannya atau telinga orang lain. Marah tanpa disertai pukulan atau agresi fisik terhadap orang yang membuatnya marah. Pada saat ia sedih, anak boleh mengungkapkan kesedihannya dengan menangis, tak terkecuali anak laki-laki. Namun tidak perlu histeris atau tantrum, karena sekali lagi akan merugikan dirinya sendri maupun orang lain. Atau berlama-lama dalam menangis, yang menyebabkan sakit di anggota tubuh lainnya. Harapannya adalah, setelah mereka mampu mengekspresikan emosinya dengan baik, mereka mampu mencari jalan keluar atas permasalahannya secara mandiri. Jika hal tersebut di atas telah dapat dilakukan oleh seorang anak, berarti ia telah mampu menkontrol dirinya dengan baik.
D. Kesimpulan
Setiap orang adalah pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk dapat menjadi pemimpin yang baik, dibutuhkan karakter-karakter tertentu. Setiap karakter akan muncul pada diri setiap manusi bukan hanya melalui ilmu pengetahuan yang ia dapat namun melalui proses habituasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Penanaman nilai-nilai kepemimpinan, akan semakin mengakar jika dipupuk sedini mungkin.
Lembaga pendidikan anak usia balita, mulai dari tingkat toddler, playgroup sampai kindegarten cukup berperan bagi penanaman nilai-nilai tersebut di atas. Guru, melalui aktivitas sekolah yang ada dapat mengintegrasikan nilai-nilai kepemimpinan itu ke dalamnya. Mulai dari mengenalkan konsep, memberi pemahaman sampai pada membiasakan mengimplementasikannnya pada setiap aktivitas sehari-hari mereka, khususnya di sekolah atau yang mungkin terpantau oleh guru. Dari sinilah diharapkan, nilai-nilai tersebut melkat erat dalam karakter mereka. Tanpa dibuat-buat, secar spontan karakter itu akan muncul. Jika itu terjadi, maka dapat diprediksi, anak-nak ini akan menjadi pemimpin yang dicintai pengikutnya, karena memilki karakter kepemimpinan yang metreka dambakan.
ABSTRAK
YESSY YANITA SARI. Menanamkan Nilai-nilai Kepemimpinan pada Siswa Taman Kanak-Kanak. Paper , Jakarta : Magister Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Juni , 2006.
The writing of this paper aims to explore the activities in the kindergarten stage to develope the leadership values from early childhood.
The paper in based on the result of implemented theory of leadership, leadership values and kindegarten students. Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal. Leadership values include; Honest, Intelligent, Fairness, Cooperative, Imaginative, Courages and Self Control. Children in kindegarten are at a golden age.
The results show that many kinds of kindegarten activities might be use to develop children’s leadership values.
MENANAMKAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK
YESSY YANITA SARI
69050004
Paper ini Ditulis Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kepemimpinan
Program Magister Pendidikan
Universitas Pelita Harapan Jakarta
Juni 2006
References
Dellors , Jaques , Learning: The Treasure Within , New York : UNESCO, 1996.
Ginanjar, Ary , Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power , Jakarta : Penerbit Arga, 2003.
Gordon , Thomas , Teacher Effectiveness Training , Jakarta : Gramedia , 1997
Hardiman, F Budi, Modul Pengembangan Kepemimpinan, Jakarta : UPH , 2006.
Hidayat , Heri , Aktivitas Mengajar Anak TK , Bandung : Katarsis , 2003.
Hurlock , EB , Psikologi Perkembangan (terjemahan) , Jakarta : 1980.
Northouse, Peter G , Leadership: Theory and Practice, California : 1997.
Posner, Kouzes , Leadership The Challenge , Jakarta : Erlangga , 2002.
Setiap manusia dalam kehidupannya, pastilah pernah berada dalam situasi ia harus menjadi pemimpin. Dalam keluarga dibutuhkan seorang pemimpin dalam mengarungi bahtera kehidupan, apakah ayah, jika ada, atau bahkan seorang anak tertua jika ia yatim piatu. Di kehidupan sosial, ibu-ibu yang berkumpul akan menunjuk siapa orang yang akan mengkoordinir mereka, agar kegiatan kumpul mereka lebih bermakna. Intinya seorang manusia perlu memiliki sifat kepemimpinan sehingga dapat berperan dalam kehidupannya dengan lebih berarti. Apalagi jika melihat dari kebutuhan bangsa ini. Bangsa yang besar dan sedang berusaha bangkit dan berkembang membutuhkan banyak pemimpin yang berkualitas. Pemimpin yang sengaja dipersiapkan bukan pemimpin yang dipaksakan. Untuk itulah sejak usai dini seorang anak mulai dipupuk nilai-nilai kepemimpinan. Masa keemasan (Golden Age) ini, akan dimanfaatkan untuk menancapkan sifat kepemimpinan pada seorang anak, sehingga sifat tersebut terus terasah hingga dewasa dan menjadi karakter dalam diri mereka yang muncul akibat proses habituasi nilai-nilai tersebut. Dari sinilah diharapkan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang bukan hanya kaya akan ilmu namun matang dengan pengalaman sejak kecil.
Berdasrkan hasil riset yang dilakukan daritahun 1987 sampai dengan 2002, dengan responden yang diambil dari enam benua, ditemui 20 karekteristik yang diharapkan para pengikut terhadap pemimpinnya. 20 karekter tersebut adalah; Jujur, berorientasi ke depan, kompeten, membangkitkan semangat, cerdas, adil, berwawasan luas, mendukung, dapat dipercaya, dapat diandalkan, kooperatif, tegas, imajinatif, ambisius, berani, perhatian, dewasa, setia, pengendalian diri dan independen. Pada prinsipnya, seluruh karakteristik ini sangat mungkin untuk mulai ditanamkan sejak dini. Namun karena berbagai keterbatasan, hanya dipilih beberapa karakter saja.
Pembahasan makalah ini ini lebih dikhususkan pada pemupukan nilai-nilai kepemimpinan pada diri seorang anak melalui lembaga pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan penting dalam pengembangan diri seseorang dan masyarakat( Dellors, 1996.hlm 46). Lembaga pendidikan pada usia dini yaitu taman kanak-kanak. Melalui berbagai kegiatan yang ada di taman kanak-kanak guru dapat menyisipkan nilai-nilai tersebut.
B. Deskripsi Teoritis
Ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sebuah proses di mana seseorang mampu memberi pengaruh kepada sekumpulan orang untuk dapat meraih tujuan tertentu (Northouse, 1997.hlm 3). Menurut Alan Keith kepemimpinan pada dasarnya adalah mengenai penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa. (Posner, 2004. hlm 3). Pemahaman mengenai kepemimpinan pada saat ini bergeser pada penyadarn bahwa kepemimpinan adalah urusan setiap orang. Apakah ia memilki jabatan sebagai pemimpin atau pun tidak. Kalaupun ia hanya pengikut ia tetap harus terlibat dengan proses kepemimpinan tersebut (Hardiman, 2206). Bahkan lebih dari 14 abad yang lalu Muhammad SAW bersabda, “Setiap orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab terhadap kepemimpinan itu (Al Hadits, HR Tirmidzi, Abu Dawud, Shahih Bukhori dan Muslim.). Hal ini menekankan bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab dalam kehidupannya. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain ( Ginandjar, 2003. hlm 1)
Ada beberapa nilai-nilai kepemimpinan yang harus dimiliki seorang pemimpin di antaranya; jujur, cerdas, adil, kooperatif, imajinatif, berani, pengendalian diri. (Posner, 2004. hlm 27). Hampir di setiap survey nilai kejujuran menuruti nomor pertama yang dipilih responden. Orang akan bersedia menuruti kemauan orang lain ketika ia jujur, pada dasarnya setiap orang tidak suka dibohongi. Kecerdasan akan mendukung kemampuan sesseorang dalam memimpin, apalagi jika dikaitkan dengan pengertian kecerdasan majemuk. Berbuat adil, akan menentramkan orang lain. Orang yang adil akan bertindak seobjektif mungkin. Kooperatif adalah kunci utama dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam setiap geraknya pemimpin harus dapat menjalin hubungan yang baik dengan pengikutnya. Kemampuan Imajinasi seseorang akan menghasilkan berbagai inovasi yang membuat seorang pemimpin mampu mengerjakan pekerjaan “besar”. Keberanian mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin. Berani membela kebenaran, berani menerima tantangan, berani mengakui kesalahan dan berani mengakui keunggulan orang lain. Sangatlah sulit bagi sesorang untuk dapat mengendalikan orang lain, jika ia sendiri tidak mampu untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Pada umumnya, usia anak dapat mulai memasuki jenjang sekolah tingkat taman kanak-kanak adalah 3 sampai 6 tahun. Kisaran usia tersebut adalah masa emas yang berharga. Masa di mana seorang anak akan mampu menyerap 90% dari apa yang pernah dipelajarinya.( Gordon ,1997. hlm 320). Untuk itulah masa kanak-kanak menjadi waktu yang ideal bagi anak untuk mulai belajar. Paling tidak ada tiga alasan, yaitu; pada masa tersebut anak senang mengulang-ulang. Kedua, anak memilki keberanian yang lebih, indikasinya mereka tidak takut merasa sakit atau khawatir celaka, karena pemahaman terhadap faktor resiko yang relatif masih minim. Dan yang kletiga, anak-nak mudah dan cepat belajar. (Hurlock, 1980.hlm 23).
Menurut Carolyn dan J.W Lilienthal , terdapat memilki tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani anak di taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Tugas-tugas tersebut di antaranya; berkembang menjadi pribadi yang mandiri, belajar berbagi, bergaul, mengembangkan pengendalian diri, bermain berbagai peran yang ada di masyarakat, belajar mengenal tubuh dan diri, mengembangkan ketrampilan motorik halus dan kasar, mulai mengenal lingkungan fisik dan mengendalikannya, menguasai kata-kata dan ketrampilan berbahasa lainnya,dan mengembangkan perasaan positif dalam bersosialisasi. (Hidayat, 2003.hlm 5). Keseluruh tugas ini menjadi kewajiban guru untuk menjadikannya acuan merancang kurikulum dan membuat berbagai kegiatan kelas.
Mengajar anak usia taman kanak-kanak tentu berbeda dengan mengajar anak yang lebih tua. Mengajar nak usia dini, tidak dengan menceramahi atau secara lisan memberi perintah atau sekedar menyampaikan informasi. Guru-guru balita seperti yang diungkapkan beberapa ahli, di antaranya, Piaget, Forman & Kuscher serta Lay-Doypera, lebih banyak membimbing atau sebagai fasilitator. Anak-anak belajar dengan berbuat (learning by doing). Hal tersebut dilengkapi oleh sebuah pernyataan sikap dari NAECY (National Association for the Education of Young Children) untuk pendidikan anak, yaitu:
Bagi anak-anak, untuk mengerti secara penuh dan mengingat apa yang telah mereka pelajari, apakah itu berhubungan dengan bacaan, matematika atau mata pelajaran penting lainnya, penjelasan informasi haruslah penuh arti terhadap anak dalam konteks perkembangan dan pengalaman anak.
C. Pembahasan
1. Jujur
Kejujuran sebagai karekteristik dari seorang pemimpin yang dianggap paling utama dimiliki. Melatih seorang anak untuk dapat jujur, baik dalam betutur kata maupun dalam tindakan tidak cukup hanya dengan memberikan dogma atau pun teori. Orang jujur disayang Tuhan dan orang tidak jujur berdosa lalu masuk neraka. Atau sekedar mengancam bahwa orang yang tidak jujur akan dimusuhi teman dan seterusnya. Bagi anak-anak early childhood, penanaman nilai-nilai lebih mudah dipahami dan melekat dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna dan langsung aplikatif dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Story telling adalah kegiatan yang menarik bagi anak. Menyampaikan cerita-cerita mengenai tokoh-tokoh yang memiliki sifat jujur dengan berbagai media dan ekspresi serta body language yang baik akan membuat anak tertarik dan mampu menyimak pesan dari cerita tersebut. Story telling dapat menjadi rutinitas di waktu-waktu tertentu. Di pagi hari misalnya, bagi seorang guru dapat memanfaatkan waktu pagi, sebelum pelajaran inti dimulai. Dari kisah-kisah tersebut anak akan mendapatkan pelajaran mengenai gunanya menjadi orang jujur dan dampaknya menjadi orang tidak jujur.
Dramatic play atau bermain peran dapat pula menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak akan diajak memerankan berbagai karakter pada kegiatan tersebut. Selayaknya drama di televisi, akan ada akhir dari cerita yang menggambarkan buah dari kejujuran. Pada kegiatan ini, selain mereka mendapatkan nilai-nilai kejujuran mereka pun dapat mempraktekkan langsung bagaimana menjadi orang jujur. Diharapkan peran dalam drama lambat laun akan bergeser menjadi peran dalam kehidupan mereka yang sebenarnya.
Drama dapat pula dibawakan oleh guru-guru . Mereka mempertontonkan cerita dalam bentuk drama/teater atau pun Happening art. Anak-anak akan mendapatkan suguhan yang menarik untuk mereka tonton. Selain nilai-nilai kejujuran yang mereka dapat merekapun mendapat contoh secara konkret bagaimana berlaku jujur baik melalui perkataan atau pun tingkah laku disertai ekspresi yang mendukung. Bagi anak-anak cara orang dewasa bersikap sangat cepat mereka serap melalui contoh nyata. Anak-anak adalah peniru yang unggul.
2. Cerdas
Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah penerjemahan dari kata intellegence dari bahasa Inggris. Secara harfiah intellegence bermakna; “The faculty of understanding capacity to know or apprehend”. Kata intellegence sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu intellegere, artinya menghubungkan atau menyatukan antara yang satu dengan yang lain. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian intelegensi, yaitu :
Namun sebagian ahli psikologi mengalami kesulitan dalam mendefinisikan intelegensi dalam sebuah kalimat. Beberapa dari mereka lebih suka memusatkan perhatian pada masalah perilaku intelegensi (intelligent behaviour). Di antara ciri-ciri perilaku intelegensi adalah adanya kemampuan untuk memahami dan menyesuaikan permasalahan mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreatifitas yang tinggi dan daya imajinasi yang berkembang.
Berdasarkan kegunaannya intelligensi dibedakan menjadi dua, yaitu intelegensi teoritis dan intelegensi praktis. Intelegensi teoritis adalah kemampuan untuk mendapatkan pikiran dalam menyelesaikan persoalan secara cepat dan tepat. Intelegensi praktis ialah kemampuan untuk dapat mengatasi situasi yang serba sulit dalam situasi perbuatan dan pekerjaan yang sedang berlangsung secara cepat dan tepat.
Makna kecerdasan sebelumnya lebih terfokus pada apa yang disebut dengan kecerdasan intelektual. Namun seiring dengan pengetahuan manusia yang terus berkembang, pemahaman kecerdasan pun berkembang pula. Selain kecerdasan intelektual ternyata ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya untuk dimiliki seseorang. Kecerdasan itu adalah kecerdasan emosioanal. Goleman yang menggulirkan kecerdasan ini menyatakan bahwa bukan sekedar kecerdasan intelektual saja yang berperan besar. Bahkan dalam hasil penelitiannya ia membuktikan bahwa kecerdasan emosional telah memberi kontribusi lebih banyak daripada kecerdasan intelektual. Kemudian dua kecerdasan ini, kecerdasan otak (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ),dilengkapi lagi oleh beberapa ahli, yang oleh Covey dicoba disimpulkan menjadi kecerdasan fisik (PQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Selanjutnya kecerdasan versi Gadner merupakan pengembangan empat kecerdasan tersebut yaitu yang dikenal dengan kecerdasan majemuk (Multiplle Intellegences). Delapan kecerdasan yang tercangkup dalam kecerdasan majemuk adalah;
1.Linguistic Intellegences (Word smart)
Pandai berbicara, gemar becerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki keceradasan linguistik yang menonjol. Keceradasan itu menunutut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaiatan dengan proses berpikirnya.
2. Logical-Mathmatical Intellegence (Number/Reasoning Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan logika yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menunutut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengkalsifikasikan benda, menganalisa informasi yang didengar, dan suka berhitung.
3. Visual-Spatial Intellegence (Picture Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan visual-spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imajinatif dan kreatif. Senan membuat model, menggambar sesuatu yang ada dipikirannya.
4. Bodily-Kinesthetic Intellegence (Body smart)
Anak-anak dengan kecerdasan bodily-kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, kesimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Mereka biasa menggunakan bahasa tubuh dalam berkomunikasi dan mengembangkan permainan.
5. Musical Intellegence (Music smart)
Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musikal, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi, atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
6. Interpersonal Intellegence (People smart)
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, sangat mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerjasama dengan orang lain.
7. Intrapersonal Intellegence (Self smart)
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengevaluasi apa yang telah dikerjakannya, untuk anak usia dini, biasanya menyesali perbuatan yang kurang baik yang dilakukannya. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
8. Naturalist Intellegence (Nature smart)
Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereeka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadi awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman dan tata surya.(Gadner, 1983.hlm25).
Satu lagi kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Gadner pada tahun 1999, yaitu; Existence Intellegence, Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yang cenderumg bersikap mempertamyakan segal sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapi.
Memberi kesempatan kepada seorang anak untuk dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan yang ada bukanlah hal yang mustahil. Kenyataanya, ketika seorang anak dirangsang salah satu kecerdasannya, hal itu akan membawa pada perkembangan dan stimulasi kecerdasan lain yang tampak berbeda. Sebagai contoh, Albert Einstein adalah seorang ilmuan, ahli matematika dan pemain bola yang cemerlang, sementara Leonardo Da Vinci hebat dalam bidang olah raga, seni, arsitektur, matematika dan fisika
Guru memilki kewajiban untuk memfasilitasi siswa melalui kegiatan sekolah dan sarana-sarana yang ada dalam rangka mengoptimalisasikan kecerdasan majemuk anak. Melalaui hal tersebut, guru akan dapat mendeteksi kecerdasan mana yang lebih dominan yanga da pada diri muridya, sehingga dapat lebih dikembangkan lagi. Sedangkan kecerdasan yang belum muncul atau masih minimal akan dicari upaya memaksimalkan kecerdasan tersebut, sehingga tetap berkembang optimal walaupun tidak sama dengan perkembangan kecerdasan lainnya.
3. Adil
Memupuk sikap adil pada diri anak-anak usia balita dapat diawali dengan pemberian pemahaman mengenai kata adil. Pemberian pemahaman kepada anak-anak biasanya dapat di mulai dengan memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang baik, senantiasa menganggap setiap muridnya istimewa. Guru akan mencoba memberi perlakuan yang khusus pada setiap anak sesuai dengan karakternya atau kebutuhannya. Sebagai contoh; anak yang memiliki gaya belajar visual, akan dibantu dengan media gambar, agar ia lebih dapat memahami apa yang disampaikan gurunya, atau anak yang memilki kebutuhan khusus seperti; hiper aktif, akan di beri kesempatan, sebelum memulai pelajaran ia dapat melakukan aktifitas fisik tertentu semisal; berlari di lapangan, bermain becak mini atau melompat di trampolin, sehingga energi yang berlebih dapat tersalurkan dan ia kemudian dapat berkonsentrasi ketika belajar di dalam kelas. Namun, untuk hal-hal yang umum, guru tidak membeda-bedakan muridnya. Memberi giliran ke semua siswa untuk memimpin di depan kelas, bukan hanya anak lelaki saja yang diberi kesempatan, misalnya. Berlaku ramah sekaligus tegas pada siapa saja, tanpa memandang bahwa anak ini anak yang patuh, sedang ia anak yang “nakal”. Sikap-sikap guru di atas, akan menjadi contoh bagi siswanya dalam berlaku adil. Bahwa yang dikatakan adil, bukan berarti harus selalu berlaku sama terhadap orang lain, namun berlaku adil adalah bersikap kepada orang lain sesuai dengan kapasitas atau porsinya.
Pemberian contoh konkret atau tauladan pada anak-anak dapat pula dibantu dengan membacakan atau menampilkan cerita-cerita ketauladanan tentang orang –orang yang berlaku adil. Kisah nyata atau pun fiksi dapat diberikan. Prinsipnya adalah, bahwa anak semakin menyadari dan mengetahui bahwa dengan berlaku adil, akan membahagiakan dirinya maupun orang lain.
Dalam aktifitas belajar, guru pun dapat menyisipkan nilai-nilai keadilan di dalamnya. Pada pelajaran matematika konsep pengurangan guru dapat memberi contoh soal cerita sebagi berikut:
Mama Andi membawakan Andi Pizza kesukaanya. Pizza itu telah dibagi menjadi 4 potong. Andi diminta untuk membagikannya secara adil kepada adiknya, Ia pun hanya mengambil dua potong . Berapa potong sisanya yang ia berikan ke adik?
Pada kegiatan di Blocks Corner, anak-anak di persilakan membuat bangunan dari balok-balok yang tersedia. Setiap anak dapat mengambil balok sesuai kebutuhan bangunan yang ia ingin buat. Biasanya ada beberapa anak yang mengambil balok dalam jumlah banyak, padahal ia hanya membutuhkan beberapa saja dan tidak bersedia membaginya kepada orang lain atau acapkali mereka membaginya ke teman yang mereka sukai padahal tidak membutuhkan. Dari kegiatan ini guru dapat memberikan penguatan tentang berbuat adil dengan memberinya kesadaran bahwa ada temannya. yang kekurangan balok , sedang ia memiliki lebih dan tidak ia pergunakan.
4. Kooperatif
Cukup banyak anak-anak dapat mengerjakan tugas secara mandiri. Kendala sering muncul ketika mereka dihadapkan pada model kerja berkelompok. Sebuah tugas yang harus dikerjakan bersama-sama dengan bekerja sama, bukan sekedar sama-sama bekerja. Ada tipe anak yang selalu ingin memimpin aatau segala kemauannya harus diikuti. Tipe seperti ini akan berusaha mengatur orang lain sampai mau mengikuti perintah tersebut. Keinginan dan pendapat teman, tidak dihiraukan. Jika keinginanya tidak terpenuhi , mungkin akan marah, memukul, mengamuk atau menangis. Ada pula tipe anak yang pasif. Biasanya dalam bekerja sama ia hanya menjadi pengikut, tidak ada inisiatif, takut atau malu mengungkapkan keinginannya. Ia lebih banyak diam. Dua tipe di atas merupakan contoh tipe anak dalam bekerja sama.
Dalam sistem pembelajaran di kelas, guru berusaha memberi beberapa bentuk kegiatan . Ada bentuk kegiatan mandiri, kegiatan bersama (sama-sama bekerja namun masing-masing memilki kegiatannya sendiri), kegiatan berpasangan (dua orang ) dan kegiatan berkelompok (Lebih dari dua orang dan menuntut kerja sama dalam menyelesaikan tugas tersebut). (classsetting terlampir)
Selain memberikan alternatif di atas, dalam setiap materi pelajaraan, guru dapat pula membagi siswa dalam dua atau tiga kelompok belajar sesuai standar manajemen kelas. Pembagian kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jika pada pelajaran matematika, misalnya; guru dapat membagi menjadi 3 kelompok kemampuan; Low untuk anak-anak yang kecerdasan logikanya masih butuh bantuan. Middle untuk yang memilki kemampua standar dan high untuk anak-anak yang kemampuan matematikanya sangat baik. Untuk pelajaran art, guru dapat membagi kelompok berdasarkan minat. Atau pada social studies, siswa dapat dikelompokkan berdasarkan karakter. Maksudnya, dalam setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan karakter yang berbeda, pemalu, pendiam, banyak bicara, mau menang sendiri, egois, penyabar, baik hati dan lain-lain. Dari pembentukkan kelompok ini diharapkan, karekter yang berbeda dapat saling mempengaruhi untuk hal yang positif, yaitu; mereka dapat mencontoh sikap positif yang ada pada diri temannya. sedangkan yang negatif memberi latihan bagi tiap-tiap anak untuk dapat melihat kenyataan sesubngguhnya bahwa dalam kehidupan ini, ada yang baik ada yang belum baik , ada yang enak adak yang tidak enak. Pembagian kelompok belajar ini selain membantu pencapaian target pembelajaran, juga bermanfat melatih kemampuan kerjasama antar siswa.
Di awal tahun ajaran, guru dan murid telah membuat kesepakatan mengenai aturan main dalam belajar. Salah satunya adalah mendengarkan orang yang sedang berbicara. Pada saat guru menyampaikan materi, apakah dalam bentuk story telling, penjelasan materi dan lain sebagainya, jika terdapat siswa yang melanggar kesepakatan tersebut, maka menjadi tugas guru untuk konsisten menjalankan kesepakatan itu. Dampaknya, siswa akan belajar untuk sabar mendengarkan orang lain dan mengerti kapan ia dapat berbicara dan kapan ia harus mendengar. Dalam bekerja sama hal ini merupakan salah satu syaratnya.
5. Imajinatif
Umumnya setiap anak memilki kemampuan berimajinasi. Acapkali terlihat seorang anak sedang berbicara sendiri. Seolah-olah ada orang lain yang ia sedang ajak berbicara. Beberapa anak wanita sering terlihat berjalan berlenggak lenggok bak peragawati berjalan di atas caltwalk, senyum-senyum di depan cermin atau berlagak seperti ibu-ibu yang sedang sibuk mengurusi anak. Lain pula dengan beberapa anak laki-laki yang asyik memainkan pedang mainannya seperti seorang pahlawan yang sedang menghadapi musuh. Atau seorang ank yang sedang bercerita bahwa ia baru saja bertemu dengan seorang putri cantik yang mengajaknya bermain, atau cerita-cerita sejenis yang terkadang membuat orang dewasa berpikir bahwa anak tersebut berbohong. Padahal sebagian mereka bercerita tersebut bukan dalam rangka ingin berbohong, namun sekedar mendeskripsikan imajinasi mereka mengenai sesuatu yang mereka mimpikan.
Daya imajinasi yang telah seorang anak miliki, perlu dikembangkan menjadi imajinasi yang terarah. Kegiatan art atau yang biasa dikenal dengan ketrampilan khusus, dapat menjadi salah satu kegiatan yang sesuai Anak-anak dapat diberikan kesempatan untuk membuat karya-karya sni sesuai dengan keinginan mereka, tentu dengan ditunjukkannya terlebih dahulu beberapa contoh dari guru dan petunjuk pembuatannya. Namun anak-anak boleh memodifikasinya sendiri. Atau bahkan memberi kebebasan kepada siswa untuk membuat kreasi apapun dengan bahan yang telah ditentukan atau sebaliknya. Intinya pada kegiatan ini tidak harus setiap anak menghasilkan karya yang sama dengan contoh yang diberikan guru.
Pemberian project juga cukup menarik. Project biasanya karya yang dihasilkan oleh lebih dari satu anak. Kelompok project dapat terdiri dari beberapa siswa atau berupa kaloborasi siswa dengan orang tua. Dari kerja kelompok ini mereka dapat saling memberi masukan mengenai apa yang mereka akan lakukan, sehingga satu sama lain dapat pengetahuan baru. Pengetahuan baru inilah yang semakin memperkaya daya imajinasi mereka.
Lembar kerja pun dapat dimodifikasi menjadi sebuah sarana pengerjaan tugas atau soal yang kreatif. Dulu, yang disebut lembar soal biasanya hanyalah memuat butir-butir soal, yang bentuknya essay, pilihan ganda atau lainnya. Pada saat ini lembar kerja khususnya pada anak-anak telah disempurnakan. Unsur fun learning dimasukkan di dalamnya dengan harapan mereka tertarik dan enjoy dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Bentuk-bentuk soal pun lebih kreatif dan variatif, sebagai contoh; pada soal matematika mengenai konsep hitung maju guru membuat sebuah pohon pinang yang persiapkan untuk lomba panjat pinang daalm rangka perayaan ulang tahun kemerdekaan. Pada setiap ruas pohon dicantumkanlah angka-angka, namun ada beberapa ruas yang tidak terdapat angka tersebut. Siswa diminta mengisi ruas yang kosong dengan angka yang sesuai dengan konsep hitung maju yang diminya. Setelah itu siswa boleh mewarnai atau menghias pohon pinang tersebut. Bentuk lembar kerja seperti ii juga dapat menstimulus ide-ide kreatif mereka.(worksheet terlampir)
Sama halnya dengan bermain peran, pantomim akan mengasah daya imajinasi seorang anak. Pada saat guru meminta anak memperagakan gerakan tertentu, pesawat terbang misalnya, si anak akan berusaha membayangkan pesawat yang pernah ia lihat langsung atau di telivisi. Kemudian ia akan mencoba memperagakannya. Mungkin sebagian akan mempertunjukkan gerakan pesawat yang sedang tenang dengan merentangkan tangan mereka dan mengerakkannya perlahan ke kanan dan kekiri sambil berjalan perlahan pula. Namun mungkin saja, ada anak yang berlari dengan tangan menguncup ke depan dan tiba-tiba terjatuh, kenapa? Ia menjelaskan bahwa itu adalah gerakan pesawat yang mengalami kerusakan mesin dan terjatuh. Terkadang orang dewasa tak menduga bahwa pikiran seorang anak mampu mengejutkan bahkan menjadi inspirasi bagi orang dewasa. Penguatan berupa apresiasi atau pun pujian terhadap imajinasi seorang anak yang ditampilkan akan semakin membuat seorang anak bersemangat untuk berimajinasi . Respon negatif, seperti tidak menghiraukan bahkan mentertawakan atau mencemooh mereka, dapat menyebabkan terhambatnya atau yang lebih parah lagi dapat mematikan daya kreatifitas berimajinasi mereka. Akhirnya mereka takut untuk berimajinasi, sehingga tak akan lahirlah inovasi dalam kehidupannya kelak.
6. Berani
Keberanian adalah salah satu syarat menjadi seorang pemimpin. Seorang anak yang pendiam belum tentu tidak mau melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian. Anak yang banyak bicara tudak selalu bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang menuntut keberanian. Keberanian seorang anak dapat ditumbuhkan sejak dini. Pertama-tama yang perlu dilakukan seorang guru untuk menumbuhkan keberanian pada diri seorang anak, adalah mencari tahu penyebab ketidakberaniannya. Apakah karena hal itu merupakan sesuatu yang sama sekali baru, sehingga ia sebenarnya hanya ragu dan butuh sekedar motivasi. Atau ketidakberanian yang timbul karena rasa percaya diri yang rendah. Mungkin juga ada kejadian tertentu yang membuat trauma pada dirinya, atau hal lain. Pengetahuan guru mengenai latar belakang ketidakberanian siswa akan membantu guru memberi treatmen yang lebih tepat.
Secara umum, ada kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sifat berani pada diri seorang anak. Member kesempatan setiap anak untuk mau menjadi pemimpin pada kegiatan-kegiatan kelas, seperti; memimpin doa dan memimpin barisan . Anak-anak yang belum berani akan termotivasi dengan melihat temannya yang berani memimpin. Lambat laun mereka akan terbiasa memimpin tanpa malu atau takut lagi. Di beberapa sekolah, ada sebuah kegiatan yang dikenal dengan istilah assembly yang dilakukan sepekan sekali. Kegiatan ini memberi kesempatan pada setiap anak untuk berana tampil di depan teman-teman dan guru. Mereka dapat menampilkan kemampuan yang mereka milki, seperti; bernyanyi, menari, berpuisi, atau menghapal seuatu. Biasanya di awal tahun ajaran penampilan berupa classperformance. Seluruh siswa di kelas tampil. Hal ini tidak terlalu membuat anak-anak yang belum berani tampil seorang diri, tidak terlalu takut untuk tampil. Pertengahan semester, biasanya sudah ada beberapa anak yang berani tampil dengan beberapa orang teman saja atau bahkan sendiri. Keberanian pada setiap anak pun lambat laun tumbuh dan berkembang.
Outbound menjadi tren baru pada saat ini sebagai sebuah ajang menumbuhkan sikap berani pada diri anak. Aktivitas-aktivitas yang terdapat di kegiatan outbound ini merupakan aktifitas yang menantang dan membangkitkan adrenalin seorang anak. Sebut saja Flyng fox, yaitu meluncur dari ketinggian tertentu yang lebih dari tiga meter. Spider web, atau merayap di jaring laba-laba. Monkey bar, di mana anak berjalan meniti dengan tantangan di ketinggian tertentu atau terjatuh dilumpur yang kotor. Beberapa contoh aktifitas tersebut, dikemas dengan menarik . Siswa akan termotivasi mencoba tanpa terlalu khawatir akan .
7. Pengendalian diri
Mampu menguasai diri baru dapat dilakukan ketika seorang anak mampu mengenal emosinya. Memberi berbagai gambar ekspresi wajah dapat dijadikan media perkenalan anak tentang macam-macam emosi, seperti senag, marah, sedih atau takut. Kemudian anak ajak untuk terbiasa mengungkapakn emosi yang ia rasakan dengan memberi nama pada emosi yang tampil di dirinya, “Aku sedang sedih” atau “aku marah”. Pembiasaan ini melatih seorang anak menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Pada beberapa anak yang belum dapat melabelkan emosinya, biasanya mereka akan melakukan hal yang sama, seperti menangis pada situasi yang berbeda. Ketika sedih ia menangis, pada saat marah ia pun menangis, pada saat orang bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, ia hanya menangis tanpa tahu bagaiman cara mengkomunikasikan emosi yang ia rasakan.
Bagi anak-anak yang sudah mengenal dan mampu mengungkapkan apa yang ia rasakan, masalah yang sedang ia hadapi akan dapat terselesaikan dengan lebih cepat dan tuntas. Ia akan secara spontan mengatakan ; ” Aku marah, karena teman-teman menggangguku, aku tidak suka diganggu”. Orang lain yang mendengarnya akan lebih dapat meresponnya dengan baik dan tepat, tanpa harus menduga-duga sebelumnya.
Selanjutnya anak–anak di ajari bagaimana cara mengungkapkan emosi mereka dengan baik dan benar. Cukup mengekspresikan kemarahan mereka dengan wajah marah disertai kata aku marah, tanpa teriakan karena akan membuat sakit tenggorokannya atau telinga orang lain. Marah tanpa disertai pukulan atau agresi fisik terhadap orang yang membuatnya marah. Pada saat ia sedih, anak boleh mengungkapkan kesedihannya dengan menangis, tak terkecuali anak laki-laki. Namun tidak perlu histeris atau tantrum, karena sekali lagi akan merugikan dirinya sendri maupun orang lain. Atau berlama-lama dalam menangis, yang menyebabkan sakit di anggota tubuh lainnya. Harapannya adalah, setelah mereka mampu mengekspresikan emosinya dengan baik, mereka mampu mencari jalan keluar atas permasalahannya secara mandiri. Jika hal tersebut di atas telah dapat dilakukan oleh seorang anak, berarti ia telah mampu menkontrol dirinya dengan baik.
D. Kesimpulan
Setiap orang adalah pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk dapat menjadi pemimpin yang baik, dibutuhkan karakter-karakter tertentu. Setiap karakter akan muncul pada diri setiap manusi bukan hanya melalui ilmu pengetahuan yang ia dapat namun melalui proses habituasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Penanaman nilai-nilai kepemimpinan, akan semakin mengakar jika dipupuk sedini mungkin.
Lembaga pendidikan anak usia balita, mulai dari tingkat toddler, playgroup sampai kindegarten cukup berperan bagi penanaman nilai-nilai tersebut di atas. Guru, melalui aktivitas sekolah yang ada dapat mengintegrasikan nilai-nilai kepemimpinan itu ke dalamnya. Mulai dari mengenalkan konsep, memberi pemahaman sampai pada membiasakan mengimplementasikannnya pada setiap aktivitas sehari-hari mereka, khususnya di sekolah atau yang mungkin terpantau oleh guru. Dari sinilah diharapkan, nilai-nilai tersebut melkat erat dalam karakter mereka. Tanpa dibuat-buat, secar spontan karakter itu akan muncul. Jika itu terjadi, maka dapat diprediksi, anak-nak ini akan menjadi pemimpin yang dicintai pengikutnya, karena memilki karakter kepemimpinan yang metreka dambakan.
ABSTRAK
YESSY YANITA SARI. Menanamkan Nilai-nilai Kepemimpinan pada Siswa Taman Kanak-Kanak. Paper , Jakarta : Magister Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Juni , 2006.
The writing of this paper aims to explore the activities in the kindergarten stage to develope the leadership values from early childhood.
The paper in based on the result of implemented theory of leadership, leadership values and kindegarten students. Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal. Leadership values include; Honest, Intelligent, Fairness, Cooperative, Imaginative, Courages and Self Control. Children in kindegarten are at a golden age.
The results show that many kinds of kindegarten activities might be use to develop children’s leadership values.
MENANAMKAN NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN PADA SISWA TAMAN KANAK-KANAK
YESSY YANITA SARI
69050004
Paper ini Ditulis Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kepemimpinan
Program Magister Pendidikan
Universitas Pelita Harapan Jakarta
Juni 2006
References
Dellors , Jaques , Learning: The Treasure Within , New York : UNESCO, 1996.
Ginanjar, Ary , Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power , Jakarta : Penerbit Arga, 2003.
Gordon , Thomas , Teacher Effectiveness Training , Jakarta : Gramedia , 1997
Hardiman, F Budi, Modul Pengembangan Kepemimpinan, Jakarta : UPH , 2006.
Hidayat , Heri , Aktivitas Mengajar Anak TK , Bandung : Katarsis , 2003.
Hurlock , EB , Psikologi Perkembangan (terjemahan) , Jakarta : 1980.
Northouse, Peter G , Leadership: Theory and Practice, California : 1997.
Posner, Kouzes , Leadership The Challenge , Jakarta : Erlangga , 2002.
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
8:29 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Wednesday, September 20, 2006
Ahlan Wa Sahlan
Assalamualaikum Wr.Wb
Ahlan Wa Sahlan
Salam kenal Ya Ummi...Abi..Abi..Akhi...Ukhti..
Subhanallah, Alquran diturunkan dengan bahasa arab. Bahsa yang kaya kosa kata, sempurna tat bahasanya, Bahasa Sang Khalik dan Rosulnya berdialog dengan bahsa arab, memudahkan kita mempelajari Islam, khususnya Alqur'an.
Alhamdulliah, album Nasyid Arab yang kita rindukan terwujud. Album ini berisikan lagu lagu berbahasa arab dengan nuansa Indonesia. Anak anak sampai orang dewasa, dapat belajar bahasa arab melalui lagu lagu ini dengan gembira.
Mudah mudahan siapapun yang pernah menikmati album ini, tumbuh dan berkembang kecintaannya terhadap bahasa Arab.
Amin
Salam Hangat
Yessy Yanita Sari, S.Pd
Director of Little Darbi School Production
Ahlan Wa Sahlan
Salam kenal Ya Ummi...Abi..Abi..Akhi...Ukhti..
Subhanallah, Alquran diturunkan dengan bahasa arab. Bahsa yang kaya kosa kata, sempurna tat bahasanya, Bahasa Sang Khalik dan Rosulnya berdialog dengan bahsa arab, memudahkan kita mempelajari Islam, khususnya Alqur'an.
Alhamdulliah, album Nasyid Arab yang kita rindukan terwujud. Album ini berisikan lagu lagu berbahasa arab dengan nuansa Indonesia. Anak anak sampai orang dewasa, dapat belajar bahasa arab melalui lagu lagu ini dengan gembira.
Mudah mudahan siapapun yang pernah menikmati album ini, tumbuh dan berkembang kecintaannya terhadap bahasa Arab.
Amin
Salam Hangat
Yessy Yanita Sari, S.Pd
Director of Little Darbi School Production
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
11:57 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
cover kaset arabiah mumtazah
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
11:50 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Kaset Arabiah Mumtazah
Alahamdulillah
akhirnya kaset pembelajaran bahasa arab dengan metode bernyanyi selesai juga, terima kasih kepada semua pihak yang mendukung ide,gagasan,pembuatan dan lainnya, semoga Alloh SWT membalas semua usaha kita.
hubungi Bunda ai 92675032
Bunda Pep 70491168
Bunda Yessy 08179863540
Pertama Di Indonesia
Little Darbi School Industry Production
77203762
akhirnya kaset pembelajaran bahasa arab dengan metode bernyanyi selesai juga, terima kasih kepada semua pihak yang mendukung ide,gagasan,pembuatan dan lainnya, semoga Alloh SWT membalas semua usaha kita.
hubungi Bunda ai 92675032
Bunda Pep 70491168
Bunda Yessy 08179863540
Pertama Di Indonesia
Little Darbi School Industry Production
77203762
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
10:09 AM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Tuesday, August 01, 2006
Welcome to little darbi
Assalamualaikum wr.wb
selamat datang didunia yang menyenangkan, tempat dimana kita bisa tumbuh dan berkembang secara wajar. melalui program yang kami rancang dengan melibatkan seluruh stake holder including parents, kita semua berharap bisa membangun generasi yang lebih baik. Sistem yang dibangun disekolah ini memungkinkan berkembangnya seluruh potensi kecerdasan anak secara alamiah.
"Each child is living the only life he has - the only one he will never have. The least we can do is not diminish it."
-Bill Page
Wassalamualaikum
Yessy Yanita Sari
selamat datang didunia yang menyenangkan, tempat dimana kita bisa tumbuh dan berkembang secara wajar. melalui program yang kami rancang dengan melibatkan seluruh stake holder including parents, kita semua berharap bisa membangun generasi yang lebih baik. Sistem yang dibangun disekolah ini memungkinkan berkembangnya seluruh potensi kecerdasan anak secara alamiah.
"Each child is living the only life he has - the only one he will never have. The least we can do is not diminish it."
-Bill Page
Wassalamualaikum
Yessy Yanita Sari
Diposting oleh
TKIT Darul Abidin
di
12:23 PM
0
komentar
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest
Labels
- Artikel Ilmu Pengetahuan (2)
- Darbi Nasheed Fest 2011 (1)
- Drama (2)
- Idul Qurban (2)
- Kegiatan Pekanan (4)
- Kegiatan Siswa (25)
- Kegiatan TKIT (7)
- PTA Darul Abidin (1)
- Tabligh Akbar (2)
Check the else....
It's More About Us
How many people viewed me?
Popular Posts
-
Salam pembaca, selamat berjumpa kembali dalam media silaturrahim kita, semoga dalam suasana yang indah selalu. Seperti ceria dan indahnya s...
-
Assalamualaikum, Ayah dan Bunda... Di awal Juni yang lalu, PTA menggelar, sekali lagi, sebuah acara seru yang mengundang seluruh Ayah dan Bu...
-
Assalamualaikum wr.wb Ayah & Bunda TK B yang baik, Di bulan Desember yang akan datang,Ananda TK B akan mengikuti TKS (Tes Kematangan Sis...
-
Ada acara seru di SIT Darul Abidin tanggal 20 Maret 2010 yang lalu!! Yap..betul sekali! Darbi’s Green Fest !! Acara ini didukung oleh semua...
-
Assalamualaikum.... Kali ini, giliran TK A yang mengadakan Field Trip, teman-teman. Field Trip kali ini cukup unik loh, yaitu naik Public T...
-
Ada lima aspek yang perlu dikembangkan dalam melatih kemandirian dan kedisipinan ananda: Membuat aturan, membiasakan komunikasi produktif,...
-
Hari ini...Selasa, 24 Nopember 2009 Ananda TKA mengadakan perjalanan edukasi fieldtrip di tempat penjahit. Ananda kesana dengan dengan berja...
-
TKIT Darul Abidin-Depok Rabu pagi yang cerah, keramaian dari lalu lalang siswa-siswi TKIT Darul Abidin yang hendak melaksanakan kegiatan mer...
Blog Archive
Powered by Blogger.
TKIT Darul Abidin
Jl.Karet Hijau No.29
Beji Timur - Depok
021-77203762
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan,
ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri.